Tuesday, 31 March 2015

Little by little, it will make a hill


Sedikit demi sedikit, lama-lama akan menjadi bukit. Semua anak Indonesia yang pernah bersekolah di Sekolah Dasar pasti mengenal pepatah ini. Bisa jadi saat usia dewasa dan telah masuk dunia kerja, semua bisa jadi akan berbeda. Semua terasa banyak saat masih di tangan namun ketika telah berada di rumah apalagi sudah masuk pasar atau supermarket, anda akan berteriak,"Mengapa menjadi demikian sedikit?"

Sempat tadi bercerita dengan saudara saya tentang pepatah ini dan berhubungan dengan keberadaan bank. Pernah mendengar cerita bahwa kakek nenek kita dulu menabung di bambu tiang rumah? Setelah marak berdiri bank-bank di sekitar kita maka perhatian orang beralih pada bagaimana untuk menyimpan uang di bank. Faktor keamanan dan banyak hal lain memang diuntungkan atau dipermudah dengan keberadaan bank-bank ini namun bagaimana dengan jiwa little by little it will make a hill? Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit?

OK, untuk menabung di bank tentu bukan uang yang jumlahnya hanya satu atau dua lembar uang kertas berwarna biru atau merah. Apalagi jika jarak bank ke rumah lumayan jauh dan disana harus mau antri dengan belasan atau bahkan puluhan orang. Kalau begitu saat ini bank bukan lagi tempat untuk menabung?

Menarik tadi apa yang diceritakan oleh saudara saya tentang bagaimana bank di Malaysia masih turut mengobarkan semangat menabung yaitu dengan memberikan souvenir bagi para nasabah baru berupa celengan. Entah yang membuka rekening adalah nasabah yang bekerja di sebuah perusahaan atau anak usia Sekolah Dasar. Souvenir sama yaitu c e l e n g a n.

Bukankah payung lebih berguna? Atau bukankah iming-iming bahwa nama para nasabah baru akan diundi untuk diberangkatkan umrah lebih memikat? Bukankah ponsel justru menunjukkan bahwa bank tersebut lebih berkelas daripada sekedar memberikan payung, bolpoint, atau bahkan tanpa souvenir?

Disini saya katakan little by little it will make a hill atau sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, bukan sekedar slogan namun lebih pada pembentukan karakter bahwa segala sesuatu harus melalui proses. Disini pun saya yakin, hanya dari sebuah benda bernama celengan maka akan mampu membentuk karakter seorang bos, ilmuwan, negarawan, pedagang, dan profesi lain yang lebih berkualitas. Ia akan mampu berpikir jangka panjang tanpa mengabaikan keadaan yang ada saat ini. Lalu bukankah saat ini sedang digembar-gemborkan untuk mengurangi transaksi menggunakan uang tunai? Hal ini pasti akan lebih mudah dilalui oleh orang yang telah terbiasa dengan celengan karena meski kartu yang ada di tangan, namun ia akan lebih bijak untuk melakukan transaksi. Sudahkah anak atau keponakan anda memiliki celengan di rumah? Jika belum, besok atau saat ulang tahun bisa anda beri hadiah kotak celengan dan beri penjelasan secukupnya mengenai manfaat celengan karena little by little it will make a hill.

No comments:

Post a Comment