Thursday, 30 April 2015

Don't believe in the saint unless he works miracles


Jangan percaya pada Santa kecuali ia telah melakukan keajaiban-keajaiban. Wah, saya jadi ingat pada para pemain sepak bola Amerika Selatan baik itu dari Argentina, Brasil, maupun dari negara-negara di sekitarnya yang kerap menganggap para pemain sepak bola mereka ketika tampil luar biasa sebagai Santo.

A monkey dressed up is still a monkey


Berpakaian bagaimanapun indah seekor monyet maka ia akan tetap seekor monyet. Tidak akan berubah menjadi manusia.

Life like dropping by and take a drink



Urip kuwi mampir ngombe. Hidup itu cuma istirahat sejenak untuk minum. Sebentar dan masa yang sebentar itu tentu harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mau memanfaatkan hidup untuk foya-foya, memanfaatkan hidup yang cuma sebentar? OK, jika itu memang pilihan hidup anda. Jangan lupakan konsekuensinya juga atau ingin hidup yang serius sambil menunggu giliran Tuhan memanggil kita? OK, jika itu pilihan anda. Hal yang terpenting adalah kita di dunia juga memiliki keluarga, saudara, para sahabat, orang-orang yang sangat terlibat dalam kehidupan kita. Karena hidup adalah juga jembatan yang sangat tidak mungkin jika kita melompatinya.

When you are polite, the others think they are wearing flowers


Ketika anda bersikap sopan, maka orang lain akan merasa bahwa mereka memakai bunga-bunga. Saya pernah membaca di sebuah buku tentang dosen fisika dari USA yang beberapa hari bertugas di Jepang. Luar biasa sopan penyambutan orang Jepang di rumah yang akan ditinggali oleh professor tersebut dan sangat sering orang Jepang tersebut mengatakan 'taman milik saya yang jelek', padahal tamannya sangat indah, bersih, dan asri. Bagi beberapa orang akan sangat aneh namun bagi beberapa orang dianggap memang seharusnya demikian karena itulah tanda kesopanan dan menghormati orang lain.

One stroke at the paddle, two and three islands have passed


Sekali rengkuh mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Melakukan satu hal namun mendapatkan hasil dari hal-hal yang lain. Saya pernah mengalaminya. Berniat melakukan hanya pada satu hal namun berkah datang dari hal-hal lain. Alhamdulillah

If the eye doesn't want to see, neither light nor glasses will help


Jika mata tidak mau melihat, baik sinar atau kaca mata tidak akan membantu. Segala sesuatu memang berasal dari keinginan di dalam diri seseorang.

Tuesday, 28 April 2015

If you don't stand for something, you will fall for something


Kita harus memiliki prinsip dalam hidup kita.

When in doubt who will win, be neutral




Ini berbeda dengan pepatah Latin yang mengatakan saat ragu, abstain atau pepatah Inggris saat ragu, tinggalkan. Swiss..siapa yang tidak kenal dengan netralitasnya? Sehingga ia seringkali menjadi partner untuk penyelesaian berbagai konflik antar negara.

When a character of a man is not clear to you...Look at his friends


Kata 'friends' disini bisa diartikan sebagai sahabat. Tentu lebih dari sekedar teman dan jumlahnya tentu tidak sebanyak jumlah teman yang dimiliki. Ketika karakter seseorang tidak begitu jelas, lihatlah para sahabatnya.

Seodanggae sam nyeone pungweol eupneunda


Bagaimana jika selama tiga tahun tetap tidak bisa mengulang puisi? Pasti ada yang salah, sistem pendidikannya atau justru si subyek.

Ask! And you will not get lost


Ada yang berkata 'Malu bertanya sesat di jalan', ada juga yang berkata jika di tempat asing bertanyalah pada orang yang berseragam tapi buat saya bertanya okay namun tetap pakai hati kita dan pakai logika karena alam akan memberi tahu kita manakala kita memang siap dan mau diberi tahu.

Sunday, 19 April 2015

What a fi yu, cyaan be un fi yu


Apa yang menjadi milikmu akan selalu menjadi milikmu. Pengen saja memasang gambar batik untuk kata-kata ini. Yep! :-)

Dduhsi itnuhn kose kiri itda


Ada kemauan ada jalan. Orang berniat jelek saja dikabulkan keinginannya saat ada kemauan kuat apalagi jika orang berniat baik. Negara maju selalu menggunakan prinsip ini. Kita juga.

He has no shoes dances in his socks


Ia yang tidak memiliki sepatu maka menari sambil memakai kaos kaki.

Regular feet can't be affected by irregular shoes


Sepatu, sepatu, sepatu...! Apa yang ada di pikiran saya tentang sepatu adalah itu menunjukkan hidup dan posisi seseorang.

What you think, you are until you think otherwise


Kita yang mendeskripsikan siapa diri kita. Apa yang kita pikirkan, itulah kita. Sangat bagus jika bisa memandang orang lain pun dengan sudut pandang itu dan kita tetap bisa saling menghormati. Indahnya..

Shijaki banida


 Saya suka ini. Beberapa hari bahkan sempat saya jadikan sebagai pp di facebook saya.

Fashion is more powerful than any tyrant




Fashion? Wah, jangan tanya. Ini sih raja di raja saat ini. Kalau di luar negeri sana ada istilah fashion untuk empat musim masing-masing berbeda, di Indonesia sini tidak kalah seru. Tapi ada sedikit catatan nih dari saya yang kurang lebih saya ini berupa pertanyaan, boleh kan? Pertanyaannya begini, mengapa produk fashion entah itu model rambut, baju, celana, tas, de el el yang dipakai oleh artis kita zaman dulu terkesan lucu saat kita tonton di video clip mereka sekarang? Mengapa itu tidak terjadi ketika kita melihat apa yang dipakai oleh artis luar negeri? Taruhlah video clip Whitney Houston, Air Supply, Scorpions, dan artis lain masih relevan dan baik-baik saja kita tonton saat ini.Mengapa?

Menurut saya kuncinya adalah mereka biasa saja dengan fashion yang terus mengalir. Rak gumunan atau tidak cepat merasa heran dan takjub dengan hal baru lalu menirunya mentah-mentah. Fashion yang ada kita welcome tapi dalam pemakaian atau penerapannya kita sesuaikan dengan kebutuhan jiwa manusiawi kita yang sewajarnya.


Good looking apples are sometimes sour


Apel yang terlihat bagus kadang terasa asam atau kecut. Dipikir...dirasa...memang benar seperti itu. Apalagi dari beberapa sumber, gambar yang menyertai kata-kata tersebut adalah apel hijau.

Saturday, 18 April 2015

Corazon no es traidor


Hati melihat lebih jauh daripada kepala. Tentu ini selama kita memberi kesempatan pada hati untuk melihatnya.

Bon coeur ne peut mentir


Hati melihat lebih jauh daripada kepala.

A papaya puesta, papaya partida



Pepaya yang disediakan adalah pepaya yang dimakan. Kita bisa dibully karena kita menyediakan diri kita untuk dibully, kita bisa dibohongi karena kita menyediakan diri kita untuk mau dibohongi. Berani berkata 'tidak' pada apapun yang membuat kita merasa tidak nyaman, itulah yang kita maksud agar kita tidak menjadi pepaya yang siap untuk menjadi 'korban'.

Butterflies come to pretty flowers

 Segala hal yang indah akan mengundang hal-hal yang indah pula. Di kita mengenal bahwa 'Ada gula ada semut'. Meski harus hati-hati, banyak gula bisa bikin diabetes he he he

A broken clock is right twice a day


Jam yang rusak benar dua kali dalam satu hari. Ini adalah tentang keberuntungan, yang mana jam yang rusak akan beruntung benar arah jarum jamnya pada waktu AM dan PM.

If you're not part of the solution, you're part of the problem



Jika kamu bukan bagian dari solusi, kamu adalah bagian dari masalah. Membaca ini banyak hal yang kemudian terlintas di benak saya, yang intinya adalah di posisi mana saya pada masalah-masalah tersebut? Ha ha..begitulah :-)

Every rope got two ends


Tiap tali memiliki dua ujung. Tiap cerita memiliki dua sisi. Saat menyelesaikan masalah antara dua orang akan lebih baik jika sebelumnya mendengarkan paparan cerita dari kedua belah pihak.

It takes a whole village to raise a child


Proses pendidikan tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua pihak. Dibutuhkan keterlibatan seluruh desa untuk melakukannya. Dalam sebuah negara, saya pikir juga membutuhkan hal yang sama. Pendidikan tidak hanya urusan kementerian pendidikan namun berbagai elemen masyarakat juga turut menentukan keberhasilan.

A restless feet may walk into a snake pit


Manusia hidup juga membutuhkan hari atau saat untuk beristirahat agar ia bisa kembali fit dan berkonsentrasi saat menyelesaikan pekerjaannya.

This world is not as wide as merunggai leaf


Atau bisa juga dikatakan bahwa 'the world is not as wide as kelor leaves'. Dunia tidak selebar daun kelor. Dunia sangat luas. Patah hati? masih ada the next one di depan sana. Keluar dari pekerjaan? Berjuang terus. Ingat kebutuhan saat ini bukan bagaimana mencari pekerjaan melainkan bagaimana sebuah pekerjaan bisa menghidupi kita dan keluarga kita dengan jalan halal tentunya. Semangat!

Do not look where you fell but where you slipped


Jangan melihat dimana kamu jatuh namun dimana kamu terpeleset. Selesaikan masalah dengan melihat penyebabnya agar kesalahan tidak terulang lagi.

Wednesday, 15 April 2015

He who serves God has a good master


Tenang dan nyaman ketika membaca dan mengingat pepatah ini.

Catch not at the shadow and loss the substance


Dengan kata lain jadilah suara bukan echo karena substansi itu penting. Lebih penting mana antara eksistensi atau substansi? Ummm...alumnus filsafat pun saya pikir masih berpikir ulang tentang itu.

The eye never forgets what the heart has seen


Mata tidak pernah lupa pada apa yang hati telah melihatnya. Pernah suatu ketika saya lupa nama seseorang padahal dulu selama dua tahun ia menjadi adik binaan saya. Saat ia memanggil saya, saya katakan,"Ya, aku tahu kamu!"

A saying is a flower, a proverb is a berry


Perkataan adalah bunga, pepatah adalah berry atau dalam arti luas adalah buah. Ya, ya,ya...saya sepakat. Itulah mengapa saya membuat blog ini.

Even if the sky falls on you, there is a hole that you can escape from


Walaupun langit runtuh maka akan tetap ada lubang untuk menyelamatkan diri. Sikap optimis yang luar biasa. Dimanapun dan kapanpun orang yang menerapkan prinsip ini akan kuat dan liat menghadapi persoalan hidup.

Truth gives a short answer


Monday, 13 April 2015

If you want a friend, be a friend!


Jika kamu menginginkan seorang teman, maka jadilah teman. Banyak orang menuntut orang lain yang harus baik dan bisa bersahabat dengannya. Pola pikir ini harus diubah. Kita yang memulai bahwa kita memang layak dan bisa menjadi teman atau sahabat bagi orang lain.

Sunday, 12 April 2015

Indonesian Proverbs


Bunga-bunga proverbs ;-)

The ruin of a nation begins in the homes of its people




Adalah satu perempuan hebat yang berada di sisi Chiang Kai-Sek yaitu isterinya, Soong May-Ling atau yang lebih dikenal sebagai Madame Chiang Kai-Sek. Beliau dalam pidatonya menjelaskan tentang kebajikan dalam pembentukan karakter sebuah  bangsa. Berikut kutipannya :

” Jika masa lalu mengajarkan kita sesuatu, itu ialah bahwa tiap sebab membawa akibat, tiap tindakan ada akibatnya. Kita orang Tionghoa  mempunyai pepatah : ” Jika seseorang menanam semangka, ia akan memperoleh semangka;Jika ia menabur buncis , ia akan mendapatkan buncis.” Dan ini benar untuk kehidupan tiap orang ; Kebaikan melahirkan kebaikan, dan keburukan membawa keburukan.

Memang benar matahari menyinari baik si malaikat maupun orang yang berdosa, dan seringkali seolah-olah orang  jahat menjadi makmur. Tetapi kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa, baik untuk perorangan maupun untuk bangsa, kemakmuran yang jahat merupakan suatu ilusi, karena, tak henti-hentinya kehidupan ini mengadakan catatan tentang kita semua.

Pada akhirnya kita adalah merupakan jumlah dari tindakan-tindakan kita. Watak tidak bisa dipalsukan, juga tidak bisa dipakai seolah-olah pakaian untuk memenuhi selera pada saat itu. Seperti tanda-tanda pada kayu yang tergores sampai hati pohon itu, watak memerlukan waktu dan asuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Maka demikian pula, tiap hari kita menuliskan nasib kita sendiri karena tanpa dapat ditawar…..Kita menjadi apa yang kita lakukan. “

Sampai saat ini saya masih percaya bahwa perempuan adalah tiang negara lalu dimana peran perempuan dalam kehidupan saat ini? Bukankah sekarang adalah era persamaan gender dan bahwa tanggung jawab keluarga ada di pundak pihak suami maupun isteri? Saya jawab, tanggung jawab sebuah keluarga bukan hanya di pundak pihak suami atau isteri namun tiga pihak yaitu suami, isteri, dan anak-anak. Ketika didalam suatu bangsa, pada masing-masing keluarga, ketiga pihak itu bisa berjalan dengan harmonis, disitulah sebuah bangsa patut merasa bangga.

Sungguh kita bisa mengambil banyak pelajaran dari kata-kata Madame Chiang Kai-Sek diatas. Jika suami melakukan hal yang tidak sepatutnya lalu sang isteri melakukan hal yang tidak jauh berbeda kemudian melihat orang tuanya demikian lalu anak-anak melakukan hal yang sama, kita harus ingat bahwa kita adalah jumlah dari tindakan-tindakan kita.

A fable is a bridge which leads to truth...follow it.


Step by step one gets to the mountain


Selangkah demi selangkah bisa mencapai gunung. Pepatah yang mengajak kita untuk tidak berputus asa dalam meraih apa yang kita inginkan.

Seeking knowledge is from the cradle to the grave


With patience and time mulberry leaves become satin



Satin mulai dikenal di daratan Eropa pada awal abad ke-20, setelah lebih dahulu mengenal kain sutera yang berasal dari Tiongkok. Walaupun satin dan sutera memiliki beberapa ciri khas yang mirip, keduanya menggunakan bahan serat yang berbeda. Satin ditenun dengan serat buatan seperti polyster, sedangkan sutera menggunakan serat alami yaitu ulat sutera. Satin memiliki permukaan yang licin dan mengkilap sedangkan sutera ringan dan lembut.


Pepatah 'With patience and time mulberry leaves become satin' banyak dikenal baik di China sendiri, British, German, Kurdish, Spanish, maupun Romanian dengan versi sama atau dengan versi lain seperti '...become silk gown', atau '...becomes silk robe'. Berakar dari budaya di Indonesia akan saya paparkan cerita yang menggambarkan keteguhan dan kesabaran seorang gadis Minangkabau berjudul Puteri Berbudi Luhur. Dengarkan baik-baik, ya..

Sebutlah Upik Laila Hanum, nama gadis itu. Ia tinggal di sebuah desa yang terletak di pinggir Sungai Batang Hari, Padang Sumatera Barat. Gadis yang baik dalam sikap maupun tutur kata. Ia hanya tinggal berdua dengan Ibunya setelah beberapa tahun sebelumnya ayah yang sangat ia cinta meninggal dunia karena sakit.
Pada hari itu, entah sudah beberapa kali lewat di depan rumah Upik seorang nenek renta berjalan sambil menggendong bakul di punggungnya. Tidak ada satu orangpun di desa yang mengenal nenek itu dan karena oleh pemuka desa warga diminta untuk selalu berhati-hati terutama pada orang asing yang datang ke desa mereka, maka memang tidak ada warga yang berani berbicara pada nenek itu. Namun melihat bibir nenek itu yang telah kering dan berjalan terhuyung-huyung, rasa iba mulai menghinggapi hati Upik. Atas persetujuan ibunya, Upik memberi minum nenek yang bernama Nenek Rapiah tersebut. Sebagai tanda terima kasih, nenek itu memberi Upik beberapa ekor ulat sutera dari dalam bakul yang ia bawa. Ternyata ulat sutera dan kain sutera yang berada didalam bakul Nenek Rapiah.
“Peliharalah ulat sutera ini, maka kau akan mendapatkan kain sutera yang indah. Kain itu bisa kau jahit menjadi baju atau rok panjang.” Kata Nenek Rapiah.
“Maaf, Nenek Rapiah. Tapi saya tidak tahu bagaimana cara merawatnya dan mendapatkan kain sutera itu. Saya ikhlas memberi minum kepada Nenek Rapiah. Tidak perlu ada imbalan apapun. Ulat sutera itu lebih baik nenek yang merawat dan memeliharanya daripada di tangan saya malah tidak ada gunanya. Justru kasihan ulat-ulat itu.” Tolak Upik dengan halus.
“Kalau begitu minta izinlah kepada ibumu agar nenek bisa tinggal sebentar di sini untuk mengajarimu memelihara ulat sutera ini dan bagaimana menghasilkan kain sutera.”

Akhirnya Ibu Upik mengizinkan Nenek Rapiah tinggal di rumahnya. Sampai akhirnya kemudian Upik benar-benar tidak bisa menghalangi ketika Nenek Rapiah berpamitan untuk pergi. Selama tinggal di rumah Upik, Nenek Rapiah telah membantu Upik memiliki satu baju kurung dan rok panjang dari kain sutera yang cantik. Sebelum pergi, Nenek Rapiah juga sempat memberikan satu selendang paling bagus yang ia miliki dari bakulnya kepada Upik Laila Hanum.

*****
Hari yang cerah, angin bertiup lembut menerpa wajah Upik Laila Hanum nan jelita dan membiarkan rambut panjangnya menari tergerai. Upik berpamitan kepada ibunya karena ia ingin berjalan-jalan ke atas bukit yang ada di desanya. Hari itu Upik memakai rok panjang dan baju kurung yang terbuat dari kain sutera. Tak lupa selendang pemberian Nenek Rapiah ia pakai di lehernya. Kupu-kupu mengikuti kemanapun arah kaki Upik melangkah. Bibir Upik terus mengeluarkan nyanyian dan senyuman yang indah. Hatinya benar-benar riang saat itu. Namun itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba menghilanglah semua kupu-kupu dan datanglah angin kencang. Selendang Upik Laila Hanum terbawa angin kencang jauh sekali yaitu sampai di tanah Jambi dan tersangkut di kereta yang sedang dinaiki oleh Pangeran Kerajaan Jambi. Pangeran menyuruh pengawalnya untuk melepas selendang itu dan memberikan kepadanya.
“Bagus dan halus sekali selendang ini. Pengawal, besok kau umumkan ke seluruh pelosok negeri bahkan kalau perlu ke negeri tetangga bahwa jika pemilik selendang ini adalah perempuan maka ia akan aku jadikan isteri. Jika laki-laki maka ia akan aku anggap sebagai saudara dan aku minta untuk tinggal di istana kerajaan.” Sabda Pangeran Kerajaan Jambi.

*****

“Upik, apakah kau berniat ke Kerajaan Jambi agar kau dinikahi oleh Pangeran Jambi? Tidak baik berangan-angan terlalu tinggi. Kau hanya anak desa dari pinggir Sungai Batang Hari. Kau tidak pantas mendampingi seorang pangeran yang akan memimpin kerajaan besar. Ikhlaskan selendang itu.” Kata Ibu Upik. Pengumuman dari Kerajaan Jambi memang telah sampai di desa tempat Upik tinggal.
“Ibu, Upik tahu dari mana Upik berasal. Upik kesana hanya untuk mengambil hak Upik. Upik akan mengambil selendang itu dan pulang lagi ke desa ini. Tidaklah pantas Upik mendampingi seorang pangeran kerajaan. Upik sangat tahu hal itu. Ibu tidak perlu khawatir.”
“Lalu dari mana uang yang akan kau gunakan kesana? Tidaklah banyak uang ibu saat ini. Tabunganmu juga tidaklah cukup. Kerajaan Jambi jauh. Kau hampir bisa dikatakan akan menyusuri seluruh bagian tengah Pulau Sumatera ini.”
“Upik akan membawa seluruh tabungan Upik. Upik akan menyusuri Sungai Batang Hari dan akan bekerja di Rumah Makan Padang di tempat yang Upik lewati. Sekedarnya hanya agar Upik sampai di Kerajaan Jambi.”
“Jika tekadmu telah bulat. Pergilah. Do’a Ibu selalu mengiringimu.”

*****
Esok paginya dengan iringan do’a dan tetes air mata ibunya, Upik mulai menyusuri pinggir Sungai Batang Hari. Setiap memasuki daerah baru maka Upik menawarkan tenaganya untuk membantu di Rumah Makan Padang yang ada disitu. Kepada pemilik rumah makan Upik mengatakan bahwa sebagai gadis desa ia ingin melihat bagaimana rupa tempat-tempat lain dan ia juga ingin bisa berjalan-jalan ke Jambi. Kerajaan yang terkenal sampai di desanya.

Berhari-hari Upik menyusuri Sungai Batang Hari dan uang dari tabungannya masih utuh bahkan telah bertambah. Sampailah ia kemudian di sebuah desa yang ia sangat heran karena tidak satupun Rumah Makan Padang ia jumpai. Upik membeli makan di salah satu warung makan namun terkejutlah Upik ketika melihat pemilik warung makan melemparkan seekor kucing ke jalan di depan warung.
“Kucing pencuri! Mati kau dilindas kendaraan yang lewat disitu!” Hardik pemilik warung makan. Upik langsung melompat dari tempat duduknya dan menuju ke arah kucing itu.
“Paman, biarlah kucing ini menjadi milik saya.”
“Kau bawa saja kucing itu dan jangan pernah bawa lagi ke daerah ini.”
“Terima kasih, Paman.”

Kucing itu langsung akrab dengan Upik Laila Hanum. Saat berjalan bersama Upik tak jarang ia berlari mendahului Upik kemudian bersembunyi dan terkadang ia seperti termenung melamun meski Upik telah jauh berjalan namun kemudian ia berlari kencang menyusul Upik. Kucing itu oleh Upik diberi nama Si Manis.
Matahari telah bergeser ke arah barat. Upik menginginkan untuk sampai di Jambi besok siang sehingga ia harus bergegas berjalan menuju desa sebelah dan menginap di salah satu penginapan disana atau jika ia beruntung menemukan sebuah Rumah Makan Padang maka ia akan menginap disana. Nanti malam dan besok sehari ia akan membantu di Rumah Makan Padang itu. Pikiran Upik terfokus pada rencana yang akan ia lakukan, ia hampir terserempet seekor kuda yang dinaiki oleh seseorang. Lolos dari peristiwa itu, Upik justru melihat jauh didepannya seorang nenek yang menggendong banyak kayu bakar terserempet oleh kuda itu. Upik berlari menuju nenek yang jatuh tertindih oleh kayu bakar yang ia bawa. Nenek itu mengaduh dengan suara pelan.
“Mari saya bantu nenek untuk berdiri,” kata Upik Laila Hanum setelah mengangkat kayu yang menindih nenek itu.
“Saya bawakan kayu ini sampai di rumah nenek.” Upik melepas selendang yang melingkar di badan nenek itu dan mengangkat kayu bakar ke punggungnya menggunakan selendang itu. Nenek itu masih belum berbicara apapun hanya mengaduh pelan.
“Terima kasih. Rumah nenek tidak jauh dari sini.” Akhirnya nenek itu bisa berbicara setelah keterkejutannya hilang.
Upik berjalan sambil menggendong kayu bakar menuju sebuah rumah kecil. Si Manis mengikutinya sambil menyenggolkan kepalanya ke kaki Upik. Sampai di rumah nenek itu Upik lalu mengurut kaki nenek yang terkilir dengan menggunakan minyak kelapa yang ada disitu.
“Ini gubuk nenek. Nenek tinggal seorang diri. Kau berasal dari mana? Sepertinya tidak ada gadis sepertimu di desa ini.”Tanya nenek itu sambil mempersilakan Upik minum.
“Saya ingin ke Jambi, Nek. Ingin melihat dan berjalan-jalan di Kerajaan Jambi.”

“Apakah hanya itu tujuanmu kesana? Tidak mungkin gadis berperasaan halus sepertimu ke Kerajaan Jambi seorang diri hanya untuk berjalan-jalan. Ceritakanlah, siapa tahu nenek bisa membantumu.” Mulailah Upik menceritakan apa yang ia alami mulai saat bertemu Nenek Rapiah lalu  peristiwa di atas bukit sampai kemudian terdengar pengumuman bahwa selendang miliknya berada ditangan Pangeran Kerajaan Jambi.
“Malam ini menginaplah disini. Besok baru kau berangkat ke Kerajaan Jambi. Nenek pernah bekerja disana, di rumah Datuk Bendahara. Selama berada di Kerajaan Jambi, kamu menginaplah disana. Ia adalah orang kepercayaan Ratu Kerajaan Jambi. Orangnya sangat baik dan di rumah hanya saat malam hari. Namun kau tidak perlu khawatir karena ia memiliki dua anak perempuan seusiamu yang bisa menemanimu. Dua anak perempuannya adalah Ayu Lesung Pipit yang berusia lebih tua dan Ayu Lembut Hati yang berusia lebih muda. Ayu Lembut Hati akan selalu bersikap baik pada siapapun termasuk pada orang baru sepertimu namun tidak demikian jika Ayu Lesung Pipit. Meski wajahnya sangat rupawan namun ia bisa bersikap licik. Kau juga harus berhati-hati.”
“Setiap manusia pada dasarnya adalah orang baik, Nek.”
“Amiin.”
*****
Matahari masih di posisi tengah ketika Upik sampai didepan rumah Datuk Bendahara. Tidak terlalu sulit menemukan rumah itu karena banyak orang yang tahu siapa Datuk Bendahara. Upik melihat seorang perempuan cantik sedang menyapu teras rumah. Upik mengucapkan salam kepadanya dan dijawab dengan santun dan sambil tersenyum. Tidak ada lesung pipit di pipinya jadi ia pastilah Ayu Lembut Hati.
“Saya ingin bertemu dengan Datuk Bendahara,” kata Upik Laila Hanum.
“Ya, tapi ayah saya sedang bekerja di kerajaan. Tunggulah dulu dan istirahatlah dulu disini. Nanti saat petang baru beliau kembali ke rumah. Masuklah..” Kata Ayu Lembut Hati. Upik dan Si Manis mengikuti di belakangnya.
Didalam rumah tengah duduk Ayu Lesung Pipit, ia hanya melirik sekedarnya pada Upik Laila Hanum.
“Siapa dia?” Tanyanya pada Ayu Lembut Hati.
“Tamu ayah. ” Jawab Ayu Lembut Hati.
“Dari mana dan ada perlu apa?”
“Saya berasal dari Padang Sumatera Barat. Saya ada keperluan ke Kerajaan Jambi ini. Oleh nenek yang saya kenal saat perjalanan, saya diminta untuk kesini dulu menemui Datuk Bendahara.” Jawab Upik dengan cepat.
“Beri dia kamar dulu biar beristirahat, Kak. Upik pasti sangat lelah.”
“Tenang saja. Akan aku antar ia ke tempat yang layak untuknya.”
“Ikuti Kakakku ya, Upik..” Upik Laila Hanum mengangguk sambil mengucapkan terima kasih kepada Ayu Lembut Hati.
Upik mengikuti langkah Ayu Lesung Pipit namun ternyata bukan ke sebuah kamar seperti yang diminta oleh Ayu Lembut Hati. Upik dibawa oleh Ayu Lesung Pipit ke gudang rumahnya.
“Beristirahatlah disini. Saya pikir gudang rumah kami masih jauh lebih bagus daripada rumahmu di Padang sana. Sebentar akan saya ambilkan selimut dan bantal untuk kamu dan kucingmu itu.”
Tak berapa lama datanglah Ayu Lesung Pipit membawa selimut dan bantal untuk Upik. Upik sempat mendengar ayu Lesung Pipit berteriak memarahi Ayu Lembut Hati.
“Walaupun kau tinggal digudang ini, kau harus tetap berterima kasih kepadaku, Upik.” Kata Ayu Lesung Pipit.
“Ya. Terima kasih, Ayu Lesung Pipit.”
Setelah Ayu Lesung Pipit meninggalkan ruangan gudang, Upik segera merapikan kain yang akan ia gunakan sebagai alas tidur. Upik kemudian duduk beristirahat dan diletakkannya Si Manis di pangkuannya. Dibelainya punggung Si Manis dengan lembut.
“Alhamdulillah, kita sudah sampai di Jambi. Kita hanya akan beberapa hari disini lalu kau akan ikut aku ke Padang.” Si Manis mengangguk-angguk sambil memejamkan matanya. Upik teringat ibunya di Padang sana, air matanya tanpa ia sadari menetes di pipinya.
“Ibu, Upik telah sampai di Jambi. Mohon do’a restu dari ibu. Besok pagi saya akan menemui Ratu dan Pangeran di istana. Setelah selendang itu Upik dapatkan, Upik akan segera kembali ke rumah.” Mata Upik menerawang membayangkan ibunya yang sedang mendo’akannya.
Ayu Lembut Hati datang membawakan makanan dan satu gelas air minum untuk Upik. Ia juga membawakan nasi yang telah diberi ikan asin untuk Si Manis. Upik yang baru saja menjalankan sholat mengucapkan terima kasih yang tidak terkira.
“Nanti setelah maghrib, ayah bisa ditemui.” Pesannya.
Namun waktu yang sedikit di rumah sebenarnya untuk digunakan beristirahat bagi Datuk Bendahara. Upik tidak mau terlalu banyak mengganggu waktu beristirahat Datuk Bendahara. Upik menunjukkan cincin yang diberi oleh nenek pembawa kayu bakar dan Datuk Bendahara percaya pada Upik Laila Hanum. Ia mengizinkan Upik berada beberapa hari di rumahnya. Datuk Bendahara mengatakan bahwa Ratu dan Pangeran bisa ditemui setelah pukul 9 pagi.

*****
Pada pagi hari setelah mandi, Upik sibuk mencari baju kurung dan rok panjang kain sutera yang akan ia pakai untuk menemui Ratu dan Pangeran. Si Manis masih tergolek tidur.

“Apakah ada yang mengambilnya?” Tanyanya dalam hati. Mata Upik lalu tertuju pada nasi bungkus dan segelas teh di dekat alas tempat tidur. Upik tidak merasa lapar. Akhirnya Upik berangkat ke istana bersama dengan Si Manis dengan perut kosong. Upik memakai pakaian ganti biasa, tidak seperti rencana semula bahwa ia akan memakai pakaian dari kain sutera sekaligus untuk dijadikan bukti bahwa memang ia pemilik selendang yang Pangeran temukan.
Pukul 9 pagi Ratu memasuki ruangan disusul dibelakangnya Pangeran Kerajaan Jambi. Selendang sutera milik Upik ia pakai sebagai destar di kepalanya. Elok nian. Namun ingin rasanya tangan Upik untuk mengambil selendang nan bertengger dengan gagah itu. Ratu yang memulai pembicaraan dan Upik menceritakan asal muasal selendang tersebut sampai terjadi angin kencang di atas bukit. Namun tiba-tiba masuklah Ayu Lesung Pipit kedalam ruangan.
“Siapa kau? Mengapa lancang masuk kedalam ruangan ini tanpa seizinku?” Ratu menatap tajam ke arah Ayu Lesung Pipit.
“Hamba Ayu Lesung Pipit, Puteri Datuk Bendahara. Hamba yakin Paduka Ratu sebenarnya mengetahui siapa saya. Saya terburu-buru masuk ke ruangan ini agar Ratu dan Pangeran tidak tertipu oleh gadis ini. Ia menumpang di rumah hamba dan mengaku sebagai pemilik selendang itu. Padahal sebenarnya saya adalah pemilik selendang tersebut. Mohon maaf meski pengumuman dari Pangeran sudah lama namun baru saat ini saya bisa datang ke istana ini. Telinga saya sakit sehingga tidak mendengar tentang pengumuman itu. Mohon maaf, Paduka Ratu. Mohon maaf, Pangeran.”
Ratu tampak berbisik pelan dengan Pangeran. Upik menundukkan kepalanya. Bagai ada jarum yang menusuk di perasaannya. Ia tahu bahwa Ayu Lesung Pipit memiliki tabiat yang kurang baik namun ia tidak menyangka Ayu Lesung Pipit bisa bertindak seperti itu.
“Besok pagi kalian berdua datang kesini lagi. Biar aku berunding dulu dengan Pangeran.” Kata Ratu.

“Saya puteri dari Datuk Bendahara. Orang yang Ratu percaya. Tidak mungkin saya berbohong karena itu hanya akan mencoreng nama ayah saya, Paduka Ratu.” Kata Ayu Lesung Pipit. Tak lupa ia mengerling pada Pangeran Jambi. Pangeran tampak sedang berpikir keras. Tidak ia gubris kerlingan mata Ayu Lesung Pipit.
*****
Hari dan malam seakan berjalan begitu lambat bagi Upik Laila Hanum. Pagi hari ia terbangun ketika ada suara tempayan tanah terjatuh dan pecah didekat ia tidur. Si Manis tampak berdiri dengan siaga dan mata garang. Pecahan tempayan dan air yang yang ada disitu masih mengeluarkan asap panas. Upik segera merengkuh tubuh Si Manis dan menangis tersedu. Si Manis telah menyelamatkannya. Si Manis menerjang dada Ayu Lesung Pipit yang akan menyiram kaki Upik Laila Hanum menggunakan air panas.Upik bersegera sholat dan mandi lalu berangkat ke istana. Panggilan Ayu Lembut Hati nyaris tidak ia hiraukan sampai kemudian Ayu Lembut Hati mengejarnya.
“Makanlah dulu, Upik. Jangan sampai kau jatuh pingsan di depan Ratu hanya karena perut kosong. Itu hanya akan menunjukkan bahwa kamu tidak siap mempertahankan pendapatmu bahwa kaulah pemilik selendang itu. Makanlah bersamaku. ” Tangan Ayu Lembut Hati membimbing tangan Upik Laila Hanum menuju meja makan keluarganya. Tidak lupa ia juga membuatkan Si Manis makanan dari nasi yang dicampur dengan ikan asin.
“Terima kasih, Ayu Lembut Hati.” Kata Upik perlahan.
“Perjuangkan apa yang menurutmu benar, Upik. Ambillah kembali selendang milikmu. Kau harus semangat!” Upik tersenyum pada Ayu Lembut Hati. “Ayu Lembut Hati, apakah kamu tahu apa yang telah dikatakan oleh Ayu Lesung Pipit di hadapan Paduka Ratu dan Pangeran?” Hati Upik berbisik.
Ayu Lesung Pipit tiba di istana hampir bersamaan dengan Upik Laila Hanum. Dandanan wajah maupun perhiasan yang ia pakai sungguh mengundang decak kagum kalangan istana yang melihatnya. Beberapa prajurit istana memberanikan diri menggoda. Namun Upik melihatnya berbeda. Kaki Ayu Lesung Pipit pasti melepuh terkena air panas yang akan ia gunakan untuk menyiram dirinya sehingga ia merasa perlu memakai stocking hitam dan memakai sepatu yang tertutup. Cara berjalannya juga tidak bisa menutupi semua itu. Ia berjalan agak pincang dan sambil menahan rasa sakit. Satu hal yang membuat jantung Upik berdesir adalah pakaian yang Ayu Lesung Pipit pakai. Ia memakai baju kurung dan rok panjang kain sutera yang dicuri dari tas Upik Laila Hanum. Ukurannya pas di tubuh Ayu Lesung Pipit.
Tak berapa lama kemudian masuklah Ratu dan Pangeran. Disusul oleh satu pengawal membawa obor dengan api menyala dan satu pengawal membawa baki berisi selendang sutera milik Upik. Obor dan baki berisi selendang diletakkan tepat di tengah ruangan. Setelah kedua pengawal pergi, barulah Ratu membuka pembicaraan.
“Kau Puteri Datuk Bendahara. Jika kau adalah pembuat dan pemilik selendang ini pasti kau tahu apa bahan kain selendang ini.”
“Kain sutera itu saya buat dari kepompong ulat sutera, Paduka Ratu.”
“Lalu kau gadis Padang, dari apa kau buat kain sutera?”
“Dari kokon ulat sutera, Paduka Ratu.”
“Masing-masing kalian berpendapat bahwa selendang ini adalah milik kalian.”
“Pakaian yang saya pakai ini adalah juga sebagai bukti bahwa saya pemilik sah selendang itu. Pakaian saya ini saya buat agak terburu sehingga kualitasnya dibawah kualitas tenunan selendang itu namun untuk corak hampir sama, Paduka Ratu.”
“Bagaimana, Pangeran?” Ratu menoleh pada Pangeran lalu Pangeran berkata,” Sangat sulit untuk menentukan siapa yang benar diantara kalian. Namun sungguh saya tidak menginginkan permusuhan maupun percekcokan. Untuk itu saya putuskan bahwa saya akan membakar selendang itu.”
“Bagaimana pendapatmu, Puteri Datuk Bendahara?”
“Itu keputusan tepat. Lebih baik selendang itu dibakar daripada jatuh ke tangan gadis ini, Paduka Ratu. Pangeran pun akan bisa menentukan siapa yang pantas mendampingi Pangeran…”
“Cukup. Lalu Kau Upik Laila Hanum? Bagimana menurutmu?”
“Mohon itu tidak dilakukan, Paduka Ratu. Sekian lama saya menempuh perjalanan dan meninggalkan ibu saya seorang diri hanya untuk mendapatkan selendang itu kembali. Saya telah menerima amanat dari nenek yang memberikan selendang itu kepada saya untuk saya jaga.” Ucap Upik Laila Hanum dengan bibir gemetar.
“Kami telah memutuskan untuk tetap membakar selendang itu.” Tangan Ratu sudah menggenggam obor yang siap digunakan untuk membakar selendang.
“Daripada hidup berputih mata lebih baik mati berputih tulang. Daripada hidup bercermin bangkai lebih baik mati berkalang tanah. Saya akan tetap mempertahankan selendang saya itu. Kembalikanlah selendang itu kepada saya dan menikahlah Pangeran dengan Ayu Lesung Pipit.” Tangan Upik terkepal erat, air mata mengucur deras, dan suara Upik yang gemetar menggema ke seluruh ruangan sampai kemudian Pangeran mengangkat tangan ke atas. Paduka Ratu menghentikan langkahnya untuk mendekati baki selendang. Paduka Ratu berjalan meletakkan kembali obor yang ia bawa lalu kembali duduk disamping Pangeran.
“Puteri Datuk Bendahara, Ayahmu adalah orang kepercayaanku. Mengapa kau tega sekali mencemarkan nama baiknya? Kau di penjara, Ayu Lesung Pipit.” Sekali tepukan tangan Ratu, kedua pengawal yang tadi membawa baki dan obor kembali memasuki ruangan untuk menangkap Ayu Lesung Pipit. Sungguh tidak tega Upik Laila Hanum menyaksikan itu. Bibir Ayu Lesung Pipit gemetar menghiba memohon ampunan pada Upik. Mata yang sekarang telah bercucuran air mata itu terus memandang ke arah Upik Laila Hanum yang hanya bisa menundukkan kepala. Ratu baru berbicara kembali setelah Ayu Lesung Pipit sudah tidak berada didalam ruangan.
“Upik Laila Hanum, pulanglah ke rumahmu di Padang. Jemputlah ibumu dan bawa ke istana ini. Pangeran dan pengawal-pengawal akan mengantarmu.”
“Saya telah berjanji akan kembali ke Padang dengan membawa selendang milik saya.”
“Bawalah selendang itu.”
*****

Pernikahan Upik Laila Hanum diadakan di Padang dengan sangat meriah dan di istana Kerajaan Jambi dengan jauh lebih meriah lagi. Mereka berdua bahagia selamanya karena bisa melewati setiap cobaan kehidupan dengan baik. Si Manis telah menjelma menjadi kucing kerajaan yang tidak hanya makan nasi dicampur ikan asin. Ibu Upik Laila Hanum berbahagia menimang cucu-cucu yang lahir dari pasangan Upik Laila Hanum dan Pangeran. Rakyat Kerajaan Jambi merasa bangga dan hidup bahagia dibawah kepemimpinan mereka. 

Anyway, bagaimana cerita itu. Bagus atau tidak? Ending cerita seperti cerita-cerita dari Disney ya, puteri yang cantik dan baik hati akhirnya bersanding dengan pangeran rupawan dan bijaksana. Hmm..

One does not live by bread alone


Seseorang tidak bisa hidup hanya dengan roti semata. Manusia juga membutuhkan pemenuhan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual. Lalu apakah kebutuhan fisik tidak terlalu penting? Saya katakan penting bahkan sangat penting. Sebagaimana dalam hadith juga disebutkan bahwa kemiskinan mendekati kekufuran, demikianlah yang terjadi pada manusia pada umumnya. Hanya saja bisa kita lihat perbedaan antara kemiskinan yang disertai dengan pemenuhan kebutuhan spiritual dan yang tidak terpenuhi.

Kemiskinan dengan kebutuhan spiritual terpenuhi akan membentuk manusia yang siap menghadapi hidup, ia akan bekerja keras meski yang dilakukan adalah menjual kayu bakar. Ia tidak akan hidup dengan meminta-minta dan membanggakan ketidakmampuannya.

Bagaimana dengan kebutuhan spiritual orang-orang dengan kekayaan melimpah? Ia pasti berpikir bahwa ada hak-hak orang lain didalam setiap harta yang ia miliki dan ia tidak akan merusak keseimbangan alam hanya untuk terus menambah pundi-pundi kekayaannya.

All cassava get same skin but all nah taste same way


Singkong memiliki kulit sama namun rasa berbeda-beda. Tidak percaya? Makan singkong dulu baru anda tahu dimana letak perbedaannya. Bisa pulen dan bisa juga agak keras. Kadang ada juga yang agak pahit.

Singkong atau ubi jalar bisa jadi dipandang sebelah mata namun saya dengar ini bagus untuk para olahragawan atletik.

Without a working there is no living


If you want half a bread, beg it, if you want one, buy it yourself



Jika kamu ingin suatu hal selesai dengan baik maka kerjakanlah sendiri. Pepatah ini sangat dikenal di Jamaika maupun Karibia. lalu konteks Indonesia-nya bagaimana? Oh, saya pernah merasakan ini. Lho, kok saya..halah, saya sich emang 'gitu orangnya..

Pernah suatu saat saya dan tim diminta untuk menyelesaikan tugas. Meski mata kita masing-masing adalah dua dan telinga kita juga dua, tetap saja kan apa yang masuk kedalam kepala kita berbeda saat mendengarkan berbagai penjelasan dari orang yang sudah lebih dulu mengerti. Lalu apa yang terjadi ketika narasumber sudah meninggalkan kita? Ada saja yang membutuhkan penjelasan ulang.

Satu dua tiga kali saya jelaskan tetap saja beberapa orang didalam tim tidak 'dong'. Akhirnya saya kerjakan deh tugas itu bareng dengan beberapa orang yang sudah paham karena pernah ada pengalaman juga saat orang yang kurang paham tetap diminta menyelesaikan, ujung-ujungnya tugas itu sampai juga ke tangan kita untuk kita koreksi dan kita selesaikan. Mindo gaweni tho? Lho kenapa akhirnya saya cerita tentang diri saya. Aduh, saya mah emang 'gitu orangnya. Sabar, sabar..

Saturday, 11 April 2015

If you want to..


Jika kau ingin pergi dengan cepat, pergilah sendiri. Jika kau akan pergi jauh, pergilah bersama-sama. Pepatah ini mengingatkan saya pada kehidupan para kafilah di gurun pasir. Mereka yang selalu melakukan perjalanan jauh di tengah padang pasir dimana bahaya bisa saja setiap saat datang. Sangat tidak mungkin melakukan perjalanan itu seorang diri.

It's a bad child who does not take advice


Mengapa? Karena anak-anak atau kaum muda masih membutuhkan nasihat bagaimanapun pintar, pandai, dan cerdasnya mereka.

Only a fool tests the depth of a river with both feet


Hanya orang bodoh yang akan melompat masuk ke sungai untuk mengetahui kedalamannya.