Sunday, 12 April 2015

The ruin of a nation begins in the homes of its people




Adalah satu perempuan hebat yang berada di sisi Chiang Kai-Sek yaitu isterinya, Soong May-Ling atau yang lebih dikenal sebagai Madame Chiang Kai-Sek. Beliau dalam pidatonya menjelaskan tentang kebajikan dalam pembentukan karakter sebuah  bangsa. Berikut kutipannya :

” Jika masa lalu mengajarkan kita sesuatu, itu ialah bahwa tiap sebab membawa akibat, tiap tindakan ada akibatnya. Kita orang Tionghoa  mempunyai pepatah : ” Jika seseorang menanam semangka, ia akan memperoleh semangka;Jika ia menabur buncis , ia akan mendapatkan buncis.” Dan ini benar untuk kehidupan tiap orang ; Kebaikan melahirkan kebaikan, dan keburukan membawa keburukan.

Memang benar matahari menyinari baik si malaikat maupun orang yang berdosa, dan seringkali seolah-olah orang  jahat menjadi makmur. Tetapi kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa, baik untuk perorangan maupun untuk bangsa, kemakmuran yang jahat merupakan suatu ilusi, karena, tak henti-hentinya kehidupan ini mengadakan catatan tentang kita semua.

Pada akhirnya kita adalah merupakan jumlah dari tindakan-tindakan kita. Watak tidak bisa dipalsukan, juga tidak bisa dipakai seolah-olah pakaian untuk memenuhi selera pada saat itu. Seperti tanda-tanda pada kayu yang tergores sampai hati pohon itu, watak memerlukan waktu dan asuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Maka demikian pula, tiap hari kita menuliskan nasib kita sendiri karena tanpa dapat ditawar…..Kita menjadi apa yang kita lakukan. “

Sampai saat ini saya masih percaya bahwa perempuan adalah tiang negara lalu dimana peran perempuan dalam kehidupan saat ini? Bukankah sekarang adalah era persamaan gender dan bahwa tanggung jawab keluarga ada di pundak pihak suami maupun isteri? Saya jawab, tanggung jawab sebuah keluarga bukan hanya di pundak pihak suami atau isteri namun tiga pihak yaitu suami, isteri, dan anak-anak. Ketika didalam suatu bangsa, pada masing-masing keluarga, ketiga pihak itu bisa berjalan dengan harmonis, disitulah sebuah bangsa patut merasa bangga.

Sungguh kita bisa mengambil banyak pelajaran dari kata-kata Madame Chiang Kai-Sek diatas. Jika suami melakukan hal yang tidak sepatutnya lalu sang isteri melakukan hal yang tidak jauh berbeda kemudian melihat orang tuanya demikian lalu anak-anak melakukan hal yang sama, kita harus ingat bahwa kita adalah jumlah dari tindakan-tindakan kita.

No comments:

Post a Comment