Mencari pepatah dunia rasa Indonesia? Ya, betul. Ini adalah tempat yang kamu cari
Wednesday, 13 May 2015
Tuesday, 12 May 2015
Monday, 11 May 2015
Biarkan Lautan Bernyanyi (Let The Ocean Sing)
Sangat drama dan sungguh Disney. Namun itulah yang terjadi antara saya
dan Denzel. Jika Mustapha pernah menanyakan tentang dimanakah muara
Sungai Belo yang mengalir di desaku dan setiap hubungan harus memiliki
sebuah ending entah itu kebahagiaan atau kesedihan namun ketika
berkomunikasi intens dengan Denzel, muara sungai yang ditanyakan oleh
Mustapha telah dibuat indah oleh Denzel. Muara sungai itu selalu
bersamaku dan laut telah mengembangkan sayap-sayap gelombangnya untukku.
Deburan ombaknya bagaikan lagu pembasuh luka-luka yang ada dihatiku.
Butiran pasirnya bak mimpi-mimpi dan harapan kami. Awan-awan yang
berarak itu bak partitur karya-karya terbaik Debussy, Bach, Schubert
maupun Brahms. Pantai akan selalu menjadi milik kami. Hanya kami berdua.
- Leah Moeed, Biarkan Lautan Bernyanyi (Let The Ocean Sing) h. 256
Masa kecil Annemarie banyak dilalui dengan radio ayahnya. Keluarga, pendidikan, dan pengalamannya membawanya pada cinta seorang pria bernama Mustapha. Perjalanan hidup yang tidak hanya berisi kebahagiaan, senyum, dan tawa terus dijalaninya dengan kepala tegak ala sebuah tarian, keindahan ala sebuah lagu, dan sportifitas ala pertandingan sepak bola. Tontonan yang digemarinya.
Drama pencarian cinta yang dilalui Annemarie bersama dengan seorang pria mantan host sebuah kontes kecantikan dari Kanada harus diakhiri. Annemarie memilih untuk menjadi anggota sebuah biro jodoh Islamy internasional yang berpusat di London, Inggris dan seorang pria yang saat ini tinggal di Manchester itulah jawabannya. Jawaban untuknya dan juga untuk sakit yang diderita oleh ibunya dengan pola makan sesuai golongan darah yang juga disarankan oleh pria tersebut.
Jika melihat bahwa pada umumnya karya pertama seorang penulis adalah tentang ‘Aku’ diri penulis maka selayaknya novel ini adalah sebagai karya pertama seorang Leah Moeed meski terbit kedua pada tahun 2015 ini setelah sebelumnya Mawar-Mawar Violet terbit pada tahun 2014. Namun sudah menjadi pilihan penulis bahwa novel LTOS ini yang menjadi novel keduanya.
Bagaimana tentang desa tempat tinggal penulis digambarkan disini dan juga tentang kota Yogyakarta. Sosok antagonis Ibu Maisa seakan anti klimaks karena Sri Annemarie akhirnya memutuskan untuk masuk asrama sekaligus pesantren yang diselenggarakan oleh universitas tempat ia belajar atas ajakan Bea, teman kuliahnya. Jika ia masih mau menjalani profesi sebagai seorang guru taman kanak-kanak, bisa jadi konflik akan meruncing karena sosok seolah-olah pengganti Ibu Maisa yaitu Ilma Paquita yang adalah seorang mualaf memiliki posisi yang juga kuat setelah ia menikah dengan Paman Mustapha. Apalagi benih persaingan telah ditanamkan oleh Ibu Maisa meski menjelang akhir masa hidupnya Ibu Maisa telah akur dengan Annemarie.
Para peserta pesantren sekaligus asrama mahasiswa digambarkan terlalu singkat oleh penulis dalam Bab 17 yang berjudul Hitam, Putih, dan Abu-Abu. Ada 18 mahasiswa di asrama tersebut yaitu Maryam sebagai kepala desa atau ketua asrama yang tegas dan keras meski kepada dirinya sendiri, Sabrina bagian keamanan yang adalah keturunan Arab, Taliyah yang memiliki badan paling mungil, Sarajevani yang sering dijenguk oleh kakaknya yaitu Argentina, Marzha yang selalu berbicara menggunakan logat Thailand karena kekasihnya berasal dari sana, Oryza Sativa yang pernah mengajari bagaimana cara mengencangkan buah dada, Salsa yang jago mengaji dan sudah bawaan lahir memiliki suara mendesah, Ros kembang desa di Lampung sana dan paling up to date tentang infotainmen, Fatiha anak juragan kopi Bengkulu, Richa anak kepala desa dari Cilacap dan kental berbicara ngapak, Rheena yang manja, Ayesha si seniman, Sauyuz yang justru jago akuntansi, Titan penikmat kopi yang luar biasa, Shofa anak dari ayah yang jago menjadi mak comblang di kampungnya, Bea yang selalu berbaik sangka dengan Tuhan, dan Annemarie yang layak mendapat medali pelanggaran sekaligus medali sering menangis.
Terlalu banyak nama dan tidak selalu berperan dalam keseluruhan cerita, itu adalah kritik dari Bapak Maghfur, seorang pengamat sastra Kabupaten Batang. Namun novel ini adalah langkah kedua yang cukup bagus. Semoga bisa dinikmati atau setidaknya dapat menghibur di sela-sela hari sibuk anda.
Ending cerita suasana matahari terbenam di pantai Weleri dimana Annemarie bersama dengan kedua teman kostnya yaitu Zee dan Juliet sekaligus juga Zakiya Simic yang sengaja datang dari Yogyakarta, sambil menikmati ikan kakap asam manis dan bonus ring cumi goreng karena Zakiya juga membawa serta para guru lain sehingga memesan masakan ikan dalam jumlah banyak, benar-benar turut menggugah selera lidah.
- Leah Moeed, Biarkan Lautan Bernyanyi (Let The Ocean Sing) h. 256
Masa kecil Annemarie banyak dilalui dengan radio ayahnya. Keluarga, pendidikan, dan pengalamannya membawanya pada cinta seorang pria bernama Mustapha. Perjalanan hidup yang tidak hanya berisi kebahagiaan, senyum, dan tawa terus dijalaninya dengan kepala tegak ala sebuah tarian, keindahan ala sebuah lagu, dan sportifitas ala pertandingan sepak bola. Tontonan yang digemarinya.
Drama pencarian cinta yang dilalui Annemarie bersama dengan seorang pria mantan host sebuah kontes kecantikan dari Kanada harus diakhiri. Annemarie memilih untuk menjadi anggota sebuah biro jodoh Islamy internasional yang berpusat di London, Inggris dan seorang pria yang saat ini tinggal di Manchester itulah jawabannya. Jawaban untuknya dan juga untuk sakit yang diderita oleh ibunya dengan pola makan sesuai golongan darah yang juga disarankan oleh pria tersebut.
Jika melihat bahwa pada umumnya karya pertama seorang penulis adalah tentang ‘Aku’ diri penulis maka selayaknya novel ini adalah sebagai karya pertama seorang Leah Moeed meski terbit kedua pada tahun 2015 ini setelah sebelumnya Mawar-Mawar Violet terbit pada tahun 2014. Namun sudah menjadi pilihan penulis bahwa novel LTOS ini yang menjadi novel keduanya.
Bagaimana tentang desa tempat tinggal penulis digambarkan disini dan juga tentang kota Yogyakarta. Sosok antagonis Ibu Maisa seakan anti klimaks karena Sri Annemarie akhirnya memutuskan untuk masuk asrama sekaligus pesantren yang diselenggarakan oleh universitas tempat ia belajar atas ajakan Bea, teman kuliahnya. Jika ia masih mau menjalani profesi sebagai seorang guru taman kanak-kanak, bisa jadi konflik akan meruncing karena sosok seolah-olah pengganti Ibu Maisa yaitu Ilma Paquita yang adalah seorang mualaf memiliki posisi yang juga kuat setelah ia menikah dengan Paman Mustapha. Apalagi benih persaingan telah ditanamkan oleh Ibu Maisa meski menjelang akhir masa hidupnya Ibu Maisa telah akur dengan Annemarie.
Para peserta pesantren sekaligus asrama mahasiswa digambarkan terlalu singkat oleh penulis dalam Bab 17 yang berjudul Hitam, Putih, dan Abu-Abu. Ada 18 mahasiswa di asrama tersebut yaitu Maryam sebagai kepala desa atau ketua asrama yang tegas dan keras meski kepada dirinya sendiri, Sabrina bagian keamanan yang adalah keturunan Arab, Taliyah yang memiliki badan paling mungil, Sarajevani yang sering dijenguk oleh kakaknya yaitu Argentina, Marzha yang selalu berbicara menggunakan logat Thailand karena kekasihnya berasal dari sana, Oryza Sativa yang pernah mengajari bagaimana cara mengencangkan buah dada, Salsa yang jago mengaji dan sudah bawaan lahir memiliki suara mendesah, Ros kembang desa di Lampung sana dan paling up to date tentang infotainmen, Fatiha anak juragan kopi Bengkulu, Richa anak kepala desa dari Cilacap dan kental berbicara ngapak, Rheena yang manja, Ayesha si seniman, Sauyuz yang justru jago akuntansi, Titan penikmat kopi yang luar biasa, Shofa anak dari ayah yang jago menjadi mak comblang di kampungnya, Bea yang selalu berbaik sangka dengan Tuhan, dan Annemarie yang layak mendapat medali pelanggaran sekaligus medali sering menangis.
Terlalu banyak nama dan tidak selalu berperan dalam keseluruhan cerita, itu adalah kritik dari Bapak Maghfur, seorang pengamat sastra Kabupaten Batang. Namun novel ini adalah langkah kedua yang cukup bagus. Semoga bisa dinikmati atau setidaknya dapat menghibur di sela-sela hari sibuk anda.
Ending cerita suasana matahari terbenam di pantai Weleri dimana Annemarie bersama dengan kedua teman kostnya yaitu Zee dan Juliet sekaligus juga Zakiya Simic yang sengaja datang dari Yogyakarta, sambil menikmati ikan kakap asam manis dan bonus ring cumi goreng karena Zakiya juga membawa serta para guru lain sehingga memesan masakan ikan dalam jumlah banyak, benar-benar turut menggugah selera lidah.
Sunday, 10 May 2015
Deskripsi Fisik Para Tokoh Di Novel
Sangat menyenangkan pada saat kita menerima feedback dari orang yang
telah membaca novel yang kita tulis, entah itu ungkapan satu kata
seperti menarik, Wow!, atau hal yang kemudian menjadi pembicaraan
panjang lebar seperti yang telah terjadi antara saya dan Ruhaida. Untuk
selanjutkan nama saya tulis antara Leah dan Rue.
Rue : Hai, saya baru saja selesai membaca Mawar-Mawar Violet. Sedang seru mengapa langsung habis. Cerita belum selesai, ya? Sayang sekali padahal ini adalah novel petualangan yang seru.
Leah : MMV bersambung di Pernikahan Gerhana. Belum di cetak.
Rue : Ada satu hal penting yang hilang dari novelmu yaitu deskripsi fisik para tokoh. Semakin detail maka semakin bagus.
Leah : Fisik Asia Tenggara.
Rue : Bukan itu maksudku.
Leah : Disitu banyak nama. Lanzones dari Tagalog artinya Duku. Emmm…Fisik postur ‘gitu, ya? OK..OK..yang kemarin cuma Sam dengan fisik mirip Josh Groban.
Rue : Pemuda itu memiliki mata yang tajam dan rahang yang kukuh. Kulitnya agak legam tapi bersih. Lengannya yang kukuh seolah ia mampu melindungi siapa saja yang berada didekatnya. Aura kepemimpinan begitu kental pada wajahnya sehingga aku bisa memahami mengapa Janet bisa jatuh cinta padanya.
Leah : Boleh juga. Iya sich, diantara para tokoh, Sam yang paling keren ya
Rue : Dibayanganku justru JA yang mirip Josh Groban.
Leah : Sama keren lah..
Rue : Kulitnya yang putih bersih dan hidungnya yang lurus disanding dengan bibirnya yang tipis sungguh menegaskan kalau ia berasal dari ibukota. He..he..he..Imajinasi tidak terbatas!
Leah : Putih bersih, tangan dan, dan telapak tangan halus. Berani kembali naik kuda waktu tinggal di Lanzones bareng Marie.
Rue : Bayanganku Janet seperti fisik Amerika Latin. Seperti kebanyakan fisik Wacola. Banyak pantai dan pesta. Kulit lebih gelap.
Leah : Ya, betul. Digambaranku orang-orang Wacola sexy. Budaya juga lebih terbuka. Tempat hiburan menyajkan tarian perut juga.
Rue : Sedangkan Marie berkulit lebih bersih, putih, tubuh mungil dan imut, seperti orang Lanzones kebanyakan yang tinggal di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Karena gambaran tidak begitu jelas, makanya aku hanya mengira-ira.
Leah : Fisik Marie di tempa di sekolah Kak Diego. Dia tidak imut. Lebih putih dan pakaian lebih tertutup namun juga bisa sporty. Seperti Eropa tapi yang desa..tapi Asia Tenggara. Piye kuwi yo… :D
Rue : Dia mungil tapi gesit. Menurutku konsistensi tetap penting. Kesesuaian nama, geografis, dan sosial budaya. Yang aku tangkap dari MMV, setting di Amerika Latin di pedalaman Amazon he he he…
Leah : Marie berkuda, baik dengan memakai rok maupun jeans dan bersepatu boot.
Rue : Itu tidak disebutkan..
Leah : Ini murni fiksi. Saya menulis ini sambil berhati-hati karena saat itu sedang ada the hunger games.
Rue : Tapi the hunger games berbeda dengan novelmu.
Leah : Gadis pemanah. Untungnya Marie-ku berlatar belakang akademis Lanzones meski sederhana.
Rue : Dia ingin menjadi penulis.
Leah : No! Marie suka menulis karena dia juga sekolah, tidak melulu berpetualang. Kak Diego mengajarkan tulislah apapun, apalagi saat sedih, menulislah..
Rue : Ya, betul. Kalau perlu sertakan quote atau kata-kata bijak hasil pemikiran Marie yang menunjukkan bahwa ia smart dan wise.
Leah : OK, Rue. Thank you ya
Rue : Sama-sama, Leah.
Rue : Hai, saya baru saja selesai membaca Mawar-Mawar Violet. Sedang seru mengapa langsung habis. Cerita belum selesai, ya? Sayang sekali padahal ini adalah novel petualangan yang seru.
Leah : MMV bersambung di Pernikahan Gerhana. Belum di cetak.
Rue : Ada satu hal penting yang hilang dari novelmu yaitu deskripsi fisik para tokoh. Semakin detail maka semakin bagus.
Leah : Fisik Asia Tenggara.
Rue : Bukan itu maksudku.
Leah : Disitu banyak nama. Lanzones dari Tagalog artinya Duku. Emmm…Fisik postur ‘gitu, ya? OK..OK..yang kemarin cuma Sam dengan fisik mirip Josh Groban.
Rue : Pemuda itu memiliki mata yang tajam dan rahang yang kukuh. Kulitnya agak legam tapi bersih. Lengannya yang kukuh seolah ia mampu melindungi siapa saja yang berada didekatnya. Aura kepemimpinan begitu kental pada wajahnya sehingga aku bisa memahami mengapa Janet bisa jatuh cinta padanya.
Leah : Boleh juga. Iya sich, diantara para tokoh, Sam yang paling keren ya
Rue : Dibayanganku justru JA yang mirip Josh Groban.
Leah : Sama keren lah..
Rue : Kulitnya yang putih bersih dan hidungnya yang lurus disanding dengan bibirnya yang tipis sungguh menegaskan kalau ia berasal dari ibukota. He..he..he..Imajinasi tidak terbatas!
Leah : Putih bersih, tangan dan, dan telapak tangan halus. Berani kembali naik kuda waktu tinggal di Lanzones bareng Marie.
Rue : Bayanganku Janet seperti fisik Amerika Latin. Seperti kebanyakan fisik Wacola. Banyak pantai dan pesta. Kulit lebih gelap.
Leah : Ya, betul. Digambaranku orang-orang Wacola sexy. Budaya juga lebih terbuka. Tempat hiburan menyajkan tarian perut juga.
Rue : Sedangkan Marie berkulit lebih bersih, putih, tubuh mungil dan imut, seperti orang Lanzones kebanyakan yang tinggal di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Karena gambaran tidak begitu jelas, makanya aku hanya mengira-ira.
Leah : Fisik Marie di tempa di sekolah Kak Diego. Dia tidak imut. Lebih putih dan pakaian lebih tertutup namun juga bisa sporty. Seperti Eropa tapi yang desa..tapi Asia Tenggara. Piye kuwi yo… :D
Rue : Dia mungil tapi gesit. Menurutku konsistensi tetap penting. Kesesuaian nama, geografis, dan sosial budaya. Yang aku tangkap dari MMV, setting di Amerika Latin di pedalaman Amazon he he he…
Leah : Marie berkuda, baik dengan memakai rok maupun jeans dan bersepatu boot.
Rue : Itu tidak disebutkan..
Leah : Ini murni fiksi. Saya menulis ini sambil berhati-hati karena saat itu sedang ada the hunger games.
Rue : Tapi the hunger games berbeda dengan novelmu.
Leah : Gadis pemanah. Untungnya Marie-ku berlatar belakang akademis Lanzones meski sederhana.
Rue : Dia ingin menjadi penulis.
Leah : No! Marie suka menulis karena dia juga sekolah, tidak melulu berpetualang. Kak Diego mengajarkan tulislah apapun, apalagi saat sedih, menulislah..
Rue : Ya, betul. Kalau perlu sertakan quote atau kata-kata bijak hasil pemikiran Marie yang menunjukkan bahwa ia smart dan wise.
Leah : OK, Rue. Thank you ya
Rue : Sama-sama, Leah.
With your basket and my basket the people will live
Pepatah ini berakar dari kehidupan suku Maori yang mengajarkan untuk bekerja sama (co-operation) dalam setiap sendi kehidupan. Pepatah ini sangat populer di antara mereka.
Life is like this; Sometimes sun, sometimes rain
Life is like this; sometimes sun and sometimes rain. Up and down. Warmth and coldness. Happiness and sadness. People who are in the archipelago definitely feel more natural influences in their lives, as happened to the people in the Fiji Islands. It's about their lives.
Ko taku reo taku ohooho..
My language is my awakening, my language is the window to my soul. This proverb suggests the importance of maintaining the language and civilization which has long lived in New Zealand.
Dari Kakap Merah Ke Biarkan Lautan Bernyanyi
Sekian lama tidak menulis di Kompasiana ini dan melewatkan hanya dengan membaca tulisan-tulisan para kompasianer, rasa kangen menuntun saya untuk kembali ke sini. Bagaimana bisa tahan jika hampir setiap dini hari hanya membaca tulisan kawan-kawan sementara selalu ada saja yang menggelayut di pikiran dan ingin saya sharing juga? Usia bertambah meski jatah hidup di dunia berkurang, kebutuhan untuk tidur juga berkurang padahal mood menonton pertandingan-pertandingan sepak bola pada dini hari seperti yang biasa saya lakoni belum kembali muncul. Untunglah berbagai tulisan para kompasianer bisa mengisi saat-saat dini hari saya.
Seakan perjalanan napak tilas, saya kembali ingat saat pertama kali saya menulis di Kompasiana ini. Tulisan berjudul ‘Kakap Merah’ yang saya tulis saat sakit mulai diderita oleh ibu saya, oleh Kompasianer Achsin, sahabat saya, disarankan untuk diposting di Kompasiana ini. Banyak hal yang akan didapatkan terutama mengenai proses pematangan tulisan dan memang benar demikian adanya. Tulisan-tulisan lain kemudian mengalir begitu saja. Terima kasih, Achsin.
Kemudian bulan Januari 2015 adalah saat ketika cerita ‘Kakap Merah’ telah menjelma menjadi sebuah novel cetak oleh sebuah penerbit lokal Kabupaten Batang yaitu Penerbit Pengging. Rangkaian cerita novel ‘Ocean of Love’ yang dimulai dengan Bab 1 kakap Merah. Sakit ibu saya pun telah hilang karena hari ini sudah lebih dari 40 hari ibu saya menghadap Allah Yang Maha Kuasa. Sebelumnya terasa berat karena bagi kami yang merawat, itu bukan masalah namun Sang Pencipta telah mengambil kembali kreasi ciptaanNya. Ketika Komet Lovejoy yang melintas hanya setiap 8000 tahun sekali berada pada jarak terdekat dengan matahari (Perihelion), itulah saat beliau menghembuskan nafas terakhir.
Secara alami almarhumah ibu saya memang memahami hal-hal berbau Astronomi. Beliau mengetahui tanggal bulan hijriyah melalui sinar bulan yang mengenai wajah. Saat kita orang Indonesia ribut mengenai perbedaan hari raya idul fitri, beliau selalu memiliki perhitungan tersendiri dan itu tidak ada kaitan dengan entah itu idul fitri versi Nahdhatul Ulama atau Muhammadiyah. Dari beliau saya mendapat penjelasan sederhana tentang halo atau bianglala atau juga ketika saya melihat bintang berjalan pada malam hari namun tidak melintasi jalur penerbangan komersial seperti biasanya maka beliau menjawab bahwa itu adalah pesawat tanpa awak. Jawaban yang sangat sederhana, bukan? he he..Masa-masa selama 40 hari sebelum beliau meninggal yaitu saat mana daun yang bertuliskan nama ibu saya telah jatuh dari pohon kehidupan adalah masa ketika peristiwa-peristiwa indah terlihat di luar angkasa sana. Hal yang wajar bisa jadi kepergian beliau juga saat terjadi hal luar biasa dengan Komet Lovejoy berada pada posisi perihelion. Sebuah ketetapan yang tidak akan mungkin bisa manusia ubah. “Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin ayat 40).
Novel ‘Biarkan Lautan Bernyanyi’ yang dibuka oleh cerita ‘Kakap Merah’ kemudian berlanjut mengenai desa tempat tinggal saya. Beberapa memang tidak saya tulis di seri Ocean of Love yaitu mengenai konflik dengan Ibu Maisarah, kepala sekolah tempat Sri Annemarie bekerja yang juga adalah istri dari Paman Omar yaitu pamannya Mustapha, kemunculan guru mualaf dalam hubungan Sri Annemarie dan kekasihnya, Mustapha. Lalu kehidupan di asrama Universitas, komunikasi dengan seorang pria bernama Denzel Aaron Matt, dan ditutup dengan kebersamaan Sri Annemarie menikmati sunset di Pantai Weleri bersama Zakiya Simic dan dua teman kos Sri Annemarie yaitu Juliet dan Zee. “Happy ending, Aini…tapi mengapa covernya abu-abu? Suram?” Komplain salah satu pembaca yang telah membeli novel yang saya jual dengan harga IDR 53 Ribu itu. Yach, abu-abu bisa jadi sebuah kesuraman namun itu adalah juga membawa sebuah harapan. Itu menurut saya lho..
Novel ‘Biarkan Lautan Bernyanyi’ ini sebenarnya bukan novel pertama saya karena pada bulan Desember 2014 melalui Penerbit Pengging juga novel ‘Mawar-Mawar Violet’ saya dicetak. Novel ini juga dari tulisan-tulisan di Kompasiana yang berjudul Pernikahan Gerhana lalu saya tambah satu bab dan jadilah ‘Mawar-Mawar Violet (Violet Roses)’. Taraa! Disebabkan disitu moment pernikahan gerhana belum masuk ke dalam cerita makanya lalu mak jreng! Judul saya ganti 100% yaitu menjadi ‘Mawar-Mawar Violet (Violet Roses)’. Cerita selanjutnya baru akan ada di novel yang memang berjudul ‘Pernikahan Gerhana’. Novel ‘Mawar-Mawar Violet’ ini saya jual pada teman-teman saya dengan harga IDR 55 Ribu. Terlalu mahal, ya? Aduh, tapi kan cerita juga tidak boleh dijual terlalu murah karena ceritanya memang tidak murah, Leah Moeed tidak murah, dan Kompasiana juga tidak murah. Selain itu juga untuk biaya cetak, bukan? Rencana novel-novel saya, akan saya tawarkan pada penerbit yang sudah punya nama setelah pertama saya cetak di Penerbit Pengging agar distribusi bisa lebih merata dan pembaca bisa lebih mudah mendapatkannya baik di Indonesia maupun (syukur-syukur) jika pihak di luar negeri juga berminat membacanya.
Mengapa pertama kali menggunakan penerbit lokal? Itu karena untuk memudahkan saya berkonsentrasi dalam membuat novel berikutnya. Kalau langsung ke penerbit besar dan menunggu acc sampai ada 6 bulan, waduh…pikiran saya ke novel itu terus. Apakah ada cerita yang salah? Dimana letak kesalahannya? Mengapa harus menunggu berbulan-bulan, bawa sini saja dan langsung akan saya perbaiki kesalahan saya. Nah, jika demikian bagaimana saya bisa mencapai target pada usia 40 tahun sudah membuat minimal 3 judul buku? Tidak apa-apa bukan jika pada awalnya menggunakan penerbit kecil dan selanjutnya masuk penerbit besar? Paulo Coelho juga pada awal kepenulisannya juga demikian. Wish me luck Kompasianers! Terima kasih Kompasiana.
Sumber Tulisan: Kompasiana
Gajah Ajaib dari Bulan
(Diceritakan kembali oleh Aini Lutfiyah)
Jadilah anak yang pandai namun tetap menurut pada nasihat orang tua. Janganlah kalian sampai mengalami peristiwa mengenaskan seperti yang dialami oleh Prana. Apa yang dialami oleh Prana?
Ceritanya seperti ini. Prana adalah anak yang rajin dan pandai di sekolahnya. Orang tuanya adalah orang yang bekerja di istana sebuah kerajaan. Rumahnya berada di dalam benteng kompleks istana. Ada satu larangan bagi mereka yang tinggal di kompleks itu yaitu setiap bulan purnama dilarang ada yang keluar rumah apalagi berada di taman istana.
“Bukankah malam purnama adalah saat yang paling indah? Anak-anak seperti Prana seharusnya diizinkan untuk bermain di taman istana. Sungguh tidak masuk akal peraturan ini. Hanya dikatakan tidak boleh namun tidak ada penjelasan apapun.” Kata Prana mengeluh kepada ibunya.
“Kalau tidak berbahaya, pasti anak-anak akan diizinkan. Lagi pula kasihan…” Kata Ibu Prana.
“Kasihan pada siapa, Bu? Justru pihak istana seharusnya kasihan kepada kami. Para anak-anak.” Kata Prana lagi.
Ibu Prana terdiam sejenak. Ia berpikir bahwa ia sudah tidak bisa membendung rasa ingin tahu anaknya. Lagi pula Prana sudah mulai besar. Mengatakan hal yang sebenarnya mudah-mudahan lebih baik.
“Tiga malam saat bulan purnama penuh, istana ini selalu kedatangan tamu. sejak dulu. Seekor binatang besar dari bulan…” Mulailah Ibu Prana bercerita.
“Binatang apa, Bu? Apakah binatang itu adalah dinosaurus?” Memang benar, Prana adalah anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
“Bukan, bukan dinosaurus melainkan seekor gajah. Di bulan hanya ada tumbuhan kering sehingga ia tidak setiap saat bisa makan. Makanya ia turun ke bumi saat bulan purnama. Tiga malam itu saja adalah waktu ia makan pucuk-pucuk daun di taman istana. Tidak boleh ada yang melihat saat dia makan karena ia langsung akan ke bulan lagi dan tidak akan pernah datang lagi ke bumi. Itu artinya ia bisa mati karena tidak lagi makan daun-daunan. di bulan ia tidak memiliki makanan disana.”
Hanya itu penjelasan dari Ibu Prana dan Prana akhirnya memang tidak bisa memejamkan matanya, baru saat menjelang pagi ia bisa tidur. Ia merasa sangat penasaran dengan gajah itu. Apakah gajah itu memakai kaca penutup kepala seperti gambar para astronot di buku? Tapi bukankah gajah itu adalah gajah ajaib?
“Aku harus melihat langsung bagaimana gajah itu. Saat malam purnama aku harus mengintipnya.” Kata Prana dalam hati.
Dua malam purnama berikutnya Prana
hanya bisa menggigit jari. Ia benar-benar tidak bisa keluar rumah. Prana
tidak tahu apakah ayah dan ibunya telah mengetahui bahwa ia telah
menyelinap keluar saat purnama pertama atau tidak. Kedua orang tua Prana
sekarang lebih ketat menjaga Prana agar tidak sampai keluar rumah saat
malam purnama meski Prana sebenarnya memiliki keinginan lebih besar dari
pada sekedar mengintip gajah dari bulan itu. Prana ingin ikut gajah itu
ke bulan! Kecepatan terbang gajah itu luar biasa. Lebih dari 11 km per
detik. Prana akan ikut gajah itu ke bulan lalu akan ikut kembali ke bumi
saat gajah itu akan kembali untuk makan pucuk daun di taman istana.
Untuk ke bulan Prana akan meminjam kaca penutup kepala pada guru IPA.
Prana pernah melihatnya di laboratorium sekolah istana. Prana lupa
bahwa jika gajah itu mengetahui bahwa ada manusia yang melihatnya maka
ia akan langsung kembali ke bulan dan tidak akan pernah kembali lagi.
Jadilah anak yang pandai namun tetap menurut pada nasihat orang tua. Janganlah kalian sampai mengalami peristiwa mengenaskan seperti yang dialami oleh Prana. Apa yang dialami oleh Prana?
Ceritanya seperti ini. Prana adalah anak yang rajin dan pandai di sekolahnya. Orang tuanya adalah orang yang bekerja di istana sebuah kerajaan. Rumahnya berada di dalam benteng kompleks istana. Ada satu larangan bagi mereka yang tinggal di kompleks itu yaitu setiap bulan purnama dilarang ada yang keluar rumah apalagi berada di taman istana.
“Bukankah malam purnama adalah saat yang paling indah? Anak-anak seperti Prana seharusnya diizinkan untuk bermain di taman istana. Sungguh tidak masuk akal peraturan ini. Hanya dikatakan tidak boleh namun tidak ada penjelasan apapun.” Kata Prana mengeluh kepada ibunya.
“Kalau tidak berbahaya, pasti anak-anak akan diizinkan. Lagi pula kasihan…” Kata Ibu Prana.
“Kasihan pada siapa, Bu? Justru pihak istana seharusnya kasihan kepada kami. Para anak-anak.” Kata Prana lagi.
Ibu Prana terdiam sejenak. Ia berpikir bahwa ia sudah tidak bisa membendung rasa ingin tahu anaknya. Lagi pula Prana sudah mulai besar. Mengatakan hal yang sebenarnya mudah-mudahan lebih baik.
“Tiga malam saat bulan purnama penuh, istana ini selalu kedatangan tamu. sejak dulu. Seekor binatang besar dari bulan…” Mulailah Ibu Prana bercerita.
“Binatang apa, Bu? Apakah binatang itu adalah dinosaurus?” Memang benar, Prana adalah anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
“Bukan, bukan dinosaurus melainkan seekor gajah. Di bulan hanya ada tumbuhan kering sehingga ia tidak setiap saat bisa makan. Makanya ia turun ke bumi saat bulan purnama. Tiga malam itu saja adalah waktu ia makan pucuk-pucuk daun di taman istana. Tidak boleh ada yang melihat saat dia makan karena ia langsung akan ke bulan lagi dan tidak akan pernah datang lagi ke bumi. Itu artinya ia bisa mati karena tidak lagi makan daun-daunan. di bulan ia tidak memiliki makanan disana.”
Hanya itu penjelasan dari Ibu Prana dan Prana akhirnya memang tidak bisa memejamkan matanya, baru saat menjelang pagi ia bisa tidur. Ia merasa sangat penasaran dengan gajah itu. Apakah gajah itu memakai kaca penutup kepala seperti gambar para astronot di buku? Tapi bukankah gajah itu adalah gajah ajaib?
“Aku harus melihat langsung bagaimana gajah itu. Saat malam purnama aku harus mengintipnya.” Kata Prana dalam hati.
*****
Malam purnama sungguh sangat di tunggu oleh
Prana. Pada malam purnama pertama ia berhasil keluar rumah melalui
jendela kamarnya saat ibu dan ayahnya telah terlelap tidur. Mulut Prana
ternganga melihat gajah ajaib itu turun dari atas langit sana. Bermula
hanya sebuah titik yang terbang menuju taman istana dan semakin mendekat
mulai terlihat bentuk gajah itu seutuhnya. Hal yang mencengangkan
adalah gajah itu tidak memakai kaca penutup kepala. Mata Prana tidak
berkedip menyaksikan gajah itu berpindah dari pucuk daun satu ke pucuk
daun lainnya, dari pohon satu ke pohon lainnya di taman istana itu
dengan nyaris tanpa suara.
*****
Malam purnama pada bulan berikutnya adalah
malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh Prana. Dua malam purnama pertama
Prana bersikap sangat penurut di rumahnya. Ia bahkan minta untuk tidur
bersama ayah dan ibunya. Tidak ada kecurigaan dari ayah dan ibu Prana
bahwa anaknya ingin mengintip gajah ajaib di taman istana. Pada malam
ketiga purnama Prana meminta izin kepada ayah dan ibunya untuk belajar
kelompok bersama teman-temannya di rumah salah seorang teman. Ia telah
belajar tentang kaca penutup kepala dan itu akan dijelaskan di hadapan
teman-temannya. Rumah temannya itu berlawanan dari arah jalan menuju
taman istana sehingga ayah ibu Prana tidak terlalu khawatir. Ayah dan
Ibu Prana benar-benar bangga pada Prana. Prana mencium tangan ayah
ibunya karena mengizinkan ia keluar rumah malam itu. Sambil membawa kaca
penutup kepala, Prana melangkahkan kaki keluar rumah. Awalnya terlihat
berat namun kemudian ia bergegas meninggalkan rumahnya.
Dengan berjalan memutar dan mengendap,
Prana sampai di taman istana. Gajah itu telah mulai memakan pucuk-pucuk
daun. Berdebar-debar hati Prana ketika memasangkan kaca penutup kepala
yang ia pinjam dari laboratorium sekolahnya melalui perantara guru IPA
ke kepalanya. Ia betulkan sekali lagi posisi tas di punggungnya. Tas
yang berisi buku-buku kesukaannya, mainan, dan jajanan. Ketika gajah itu
telah bersiap terbang, Prana segera keluar dari persembunyiannya. Gajah
itu sangat terkejut dan mengeluarkan suara keras. Hal yang tidak pernah
terjadi sebelumnya. Prana melompat dan tangannya hanya dapat meraih
ekor gajah ajaib tersebut. Ada suara teriakan yang melarangnya.
Keluarlah sosok guru IPA yang mengajar Prana.
“Prana, itu berbahaya! Lepaskan pegangan
tanganmu!” Namun Prana tidak peduli. Prana tetap memegang erat ekor
gajah. Ikut terbang bersama gajah ajaib ke bulan. Saat terbang itu Prana
melihat betapa ramai para ilmuwan istana di atas atap laboratorium
istana. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang sama besar dengan yang
dimiliki oleh Prana. Hanya saja mereka menyaksikan gajah ajaib dari
bulan dengan menggunakan teropong di atas atap laboratorium istana.
Tidak mengintip dari balik benteng taman istana seperti yang dilakukan
oleh Prana.
Lalu bagaimana keadaan gajah dan Prana di
bulan? Kasihan sekali, gajah ajaib itu telah mati kelaparan. Prana
merasa menyesal sekali. Prana sudah bosan dengan mainan yang ia bawa. Ia
juga memakan jajanan yang ia bawa sedikit demi sedikit agar tidak cepat
habis dan melewatkan waktu dengan membaca buku di bawah sebuah pohon
berukuran besar namun kering. Saat malam purnama mudah-mudahan kalian
bisa melihat pohon besar yang kering itu. Dibawahnya itulah Prana sedang
membaca buku sambil sesekali menyaksikan kita yang berada di bumi.
Prana benar-benar rindu dengan kedua orang tuanya. Ia akan meminta maaf
kepada ayah dan ibunya namun ia berharap ada manusia dari bumi yang bisa
menjemputnya untuk kembali ke bumi.
Sumber: Kompasiana
Saturday, 9 May 2015
Rumput tetangga terlihat lebih hijau
Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau atau orang Korsel mengatakan bahwa puding nasi di meja orang lain terlihat lebih besar. Ini karena sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang telah ia miliki. Jika itu untuk memotivasi dirinya agar lebih bekerja keras, itu tidak masalah. Namun jika akhirnya menghalalkan segala cara, no way!
Bagimana cara mengatasinya? Dengan bersyukur. Syukuri apa yang telah kita miliki. Bagaimana caranya bersyukur? Please, say Alhamdulillah if you're a moslem. Berterima kasih pada Tuhan yang telah memberi kita segala apa yang telah kita miliki. Bahkan didalam ayat disebutkan bahwa jika kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat kita. Apa kita tidak pengen? Setelah itu satu lagi yaitu dengan berkarya. Berkarya adalah salah satu wujud rasa syukur kita. Diberi tangan oleh Tuhan, apa karya dari tangan kita? Diberi kecerdasan yang lebih tinggi dari orang lain, apa karya sebagai hasil kecerdasan kita? Dianugerahi badan yang sehat dan kuat, apa yang kita lakukan dengan badan dan tenaga kita? Diberi posisi yang sangat memungkinkan untuk mengajak pada kebaikan, apa karya yang menunjukkan bahwa kita adalah orang yang baik?
Dengan berkarya maka kita tahu siapa diri kita lalu masihkah kita menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Dari rasa bersyukur kita akan menyadari bahwa Tuhan telah memberikan keunikan pada setiap diri manusia. Lalu masihkah kita ingin menjadi orang lain?
Work as if you would live forever, pray as if you would die tomorrow
Bekerja seakan kamu akan hidup selamanya, berdoa seakan kamu akan mati besok. Tugas manusia diturunkan ke bumi adalah sebagai khalifah yang bertugas memakmurkan bumi.
Dikisahkan bahwa meskipun pada pagi hari terlihat matahari telah terbit di sebelah barat dan itu sebagai tanda bahwa pada hari itu Israfil akan meniup sangkala entah pada pukul berapa, maka manusia tetap diharuskan menanam bibit tanaman. Mengapa? Karena kiamat bukan urusan manusia. Tugas kita adalah bekerja. Melaksanakan kewajiban-kewajiban kita. Berkarya. Memakmurkan bumi. Melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan. Hanya itu.
A bird does not change its feather because the weather is bad
Ada saat manusia untuk berubah namun ada saat ia tetap menjadi dirinya sendiri. Burung tidak akan merubah bulu-bulunya hanya untuk cuaca yang berubah. Burung Albatros yang memiliki daya jelajah tinggi bisa jadi menaikkan atau menurunkan tempo kecepatan terbang namun tidak untuk urusan bulunya. Burung merak bisa menutup atau membuka ekornya yang indah namun tidak untuk merubah bulunya. Pelajaran sangat berharga dari benua hitam.
Lalu bagaimana dengan pertandingan Liga Champions antara Real Madrid vs Juventus dan Barcelona vs Bayern Munchen di leg kedua? Real Madrid pemegang juara yang lalu tidak mungkin membiarkan Juventus memupus harapan mereka untuk mengulang kejayaan meski di leg pertama sudah dikalahkan oleh Juventus. Barcelona yang berhasil mengalahkan Bayern Munchen pasti ingin memastikan bahwa satu tiket final akan diraih untuk mereka. Publik Spanyol sendiri pasti ingin demikian yaitu bagaimana caranya kedua tim Spanyol yaitu Real Madrid dan Barcelona bertemu di final. Siapapun yang menang, bukankah tetap saja pemenangnya adalah Spanyol. Lalu apakah Bayern Munchen akan membiarkan hal itu terjadi? Tidak mungkin. Piala World Cup 2014 yang telah mereka raih tentu ingin mereka sandingkan dengan Piala Liga Champions2015 karena itu adalah gengsi, sejarah, dan lambang supremasi. Bagaimana dengan Juventus? Memperoleh label sebagai underdog, saya yakin mereka juga tidak hanya mau menjadi penggembira di tengah himpitan kekuatan Spanyol dan Jerman.
Keberuntungan yang mengantarkan Juventus masuk ke posisi itu dan keberuntungan bisa juga mengantarkan mereka menjadi juara Liga Champions. Anda senang dengan kata-kata saya ini? Boleh saja namun saya tidak. Saya mengatakan bahwa Juventus bisa meraih satu tiket saat ini adalah hasil perjuangan keras dan usaha mereka. Bukan keberuntungan. Sekali lagi, bukan keberuntungan karena keberuntungan adalah sama halnya dengan menutup mata dari keringat yang telah dikucurkan dan pengolahan taktik yang matang.
Apa yang akan dilakukan oleh para pelatih? Sebelum saya menjawab ini saya ingin membayangkan apa kira-kira yang ada di hati Pep Guardiola dan Toni Kroos, ya? Hal yang pasti, mereka pasti akan melakukan hal terbaik untuk tim mereka. Bulu burung tidak mungkin berubah saat ini. Pertajam mata hati, lihat kondisi di keempat tim yang akan bertanding lalu persempit untuk melihat kekuatan para pemain. Maksimalkan kekuatan pemain dengan teknik yang tepat dan matang. Man gets his price. Tim besar layak untuk mendapatkan penghargaan yang besar. Semoga itu bisa diraih oleh tim yang anda dukung.
Alah bisa karena biasa
Alah bisa karena biasa. Itulah mengapa boarding school (sekolah berasrama) maupun pendidikan model pesantren sangat diminati oleh banyak pihak.
Beberapa hari yang lalu saya diajak untuk mengikuti sebuah acara dimana tempatnya adalah di sebuah yayasan yang juga mengelola pendidikan menggunakan sistem pesantren modern. Baru disitu saya merasa melihat model pembelajaran yang benar-benar memiliki jiwa dan hidup. Tanpa meninggalkan cahaya masa lalu, cahaya masa sekarang siap mereka sambut. Saya sangat terkesan.
Friday, 8 May 2015
It is good to know the truth but it is better to speak of palm trees
Ada yang tahu maksud kalimat ini? Mengetahui kebenaran adalah baik namun akan lebih baik jika membicarakan pohon palem. Saya mencari di beberapa sumber namun hanya disebutkan demikian, tidak ada makna yang disebutkan dengan jelas. Hanya saja bagi saya, bisa jadi membicarakan kebenaran akan memunculkan perdebatan sementara membicarakan tentang pohon palem membuat kita menyadarai keindahan. Pohon palem sendiri sebenarnya juga memiliki kekuatan tersembunyi.
Tak ada rotan, akar pun jadi
Peribahasa ini mengajak kita berpikir alternatif namun tetap sampai pada tujuan yang kita inginkan. Kalem saja, toh apapun yang terjadi pasti akan selalu ada jalan keluarnya. Jika metode pertama belum berhasil, lakukan dengan metode lain.
Saturday, 2 May 2015
Though a tree grow ever so high..
Meski pohon tumbuh demikian tinggi, daun-daun jatuh ke tanah. Seberapa jauh orang pergi, seberapa tinggi karir seseorang, tetap ia akan kembali pada keluarganya.
Yu can' plant yam and reap eddoe
Seseorang menuai apa yang ia tanam. Bisa jadi kalian lalu akan bertanya," Itu di sinetron tokoh protagonisnya kalah 'mulu, jadi korban 'mulu...kasian ngliatnya." Tapi itu kan sinetron dan pernah juga saya sampai sempetin nonton sinetron yang katanya lagi booming. Saya lihat, aw..aww..aww.. itu si protagonis memang benar jadi protagonis di sinetron itu tapi disitu ditunjukkan juga ia lumayan ceroboh. Kalah cerdas dari si antagonis. Ada sebab ada akibat. So, kalau mau menuai talas tanamlah talas, bukan yam atau ketela rambat.
Ngomong-ngomong mengenai eddoe, meski saat saya search 'eddoe leaves' yang muncul adalah daun talas tapi karena eddoe disebutkan lebih 'hairy' saya curiga kalau eddoe adalah bukan talas melainkan galethung. Wah, saya tidak tahu istilah bahasa Indonesianya apa. Kalau di kampung saya malah disebut dengan blicik. Istilah opo maneh kui hehehe..ya, begitulah. Kono rak mungkin nandhur ketela terus seng dipanen blicik. You can' plant yam and reap eddoe.
If things are not as you wish, wish them as they are
Jika sesuatu tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita maka terima ia apa adanya dia niscaya kita akan menemukan hal-hal yang luar biasa dan istimewa. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan segala keistimewaan didalamnya, hanya kita mau melihatnya atau tidak.
By learning you will teach, by teaching you will learn
Dengan belajar kau akan mengajar, dengan mengajar kau akan belajar. Dengan belajar kita akan bisa menjelaskan pada orang lain tentang hal tertentu, di sisi lain dengan mengajar maka kita akan selalu belajar mengenai hal-hal yang belum kita ketahui.
When an elephant dies it leaves its ivory..
Ketika gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan namanya. Akan sangat bijak jika dalam hidupnya manusia melakukan berbagai hal yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga maupun bagi orang lain. Niscaya namanya akan selalu dikenang meski ia sudah tidak lagi ada di dunia.
Donkey got long ear but he don' like hear he own story
Keledai memiliki telinga yang panjang namun tidak untuk mendengarkan cerita tentang dirinya. Cerita bisa diartikan sebagai kritik maupun nasihat. So, jika tidak mau mendengarkan kritik tentang diri kita maka kita akan tetap menjadi 'keledai'? Sepanjang kritik dan nasihat sesuai proporsi dan untuk kebaikan, saya pikir tidak masalah. Bagaimana dengan anda?
By crawling a child learns to stand
Akhir-akhir ini saya benar-benar memaknai pepatah ini. Bertahap dan bertahap dalam melakukan sesuatu hal.
A child life is like a piece of paper..
Anak-anak bagaikan kertas putih, orang tua dan lingkungan yang memberi pengaruh akan seperti apa atau menjadi apa anak itu kelak saat besar nanti. Namun harus diingat anak-anak adalah bintang. Mereka yang akan menyinari kita dan bangsa saat kita tua kelak. Akan menjadi apa negeri kita pun mereka yang akan menentukan.
All crab fine dey hole
Semua kepiting mendapatkan lubangnya, segala sesuatu mendapatkan tempatnya. Oh ya, anda pernah mendengar tentang hidup manusia berjalan menuju tanah tempat ia berasal? Disebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, bukan? Bisa jadi orang Indonesia yang berkulit sawo matang sebenarnya diciptakan dari tanah London dan ia menghabiskan masa akhir hidupnya disana, meninggal dan dikuburkan disana.
Itu makna 'berat' dari pepatah ini. Bisa jadi. Hanya saja saya pikir tidak salah jika saya juga mengatakan bahwa 'All crab fine dey hole' . Dalam persahabatan, pekerjaan, atau apapun hal yang membuat nyaman diri kita maka itulah 'lubang' yang memang menjadi tempat bagi kita hidup.
The proof of the pudding is in the eating
Dimana-mana puding selalu terlihat menarik namun buktinya adalah saat kita makan. Ada di lidah kita. Bagaimanapun penampilannya. Sehingga kita tahu apa yang ada didalamnya.
Tell a lie and the truth will come to light
Foto ini benar-benar spesial buat saya, spesial juga buat kata-kata bahwa 'becik ketitik ala ketara'. Inilah sunset yang pada masa kecil dulu menemani waktu sore kami para anak menikmati pertandingan sepak bola. Saat itu masih ada burung-burung yang berarak dari arah utara ke arah selatan melintasi langit diatas kami. Burung-burung tersebut baru kembali dari laut di pantai utara Jawa. Waktu yang tidak akan pernah kembali bagaimanapun indah masa-masa itu. Mungkin hanya sunset itu yang masih akan selalu menemani.
Ia dan sepak bola selalu bisa menerima apa adanya saya.
Paradise is under mother's feet
Surga di bawah telapak kaki ibu. Saat kita mematuhinya maka berkah pun akan berlari ke arah kita dari arah manapun. Meski kadang sosoknya seakan tidak berdaya, jangan lupa ucapannya itulah yang didengar oleh Tuhan.
Woman is like your shadow...
Tertawa saya membaca pepatah ini. Jamaknya memang demikian namun saya yakin ada kaum Adam yang juga memiliki kecenderungan seperti ini.
You're never too old to learn
Kamu tidak pernah menjadi terlalu tua untuk belajar. Belajar tidak mengenal usia karena belajar adalah proses mengetahui berbagai hal yang belum diketahui dan itu tidak terpancang pada bangku sekolah.
Thursday, 30 April 2015
Don't believe in the saint unless he works miracles
Jangan percaya pada Santa kecuali ia telah melakukan keajaiban-keajaiban. Wah, saya jadi ingat pada para pemain sepak bola Amerika Selatan baik itu dari Argentina, Brasil, maupun dari negara-negara di sekitarnya yang kerap menganggap para pemain sepak bola mereka ketika tampil luar biasa sebagai Santo.
A monkey dressed up is still a monkey
Berpakaian bagaimanapun indah seekor monyet maka ia akan tetap seekor monyet. Tidak akan berubah menjadi manusia.
Life like dropping by and take a drink
Urip kuwi mampir ngombe. Hidup itu cuma istirahat sejenak untuk minum. Sebentar dan masa yang sebentar itu tentu harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mau memanfaatkan hidup untuk foya-foya, memanfaatkan hidup yang cuma sebentar? OK, jika itu memang pilihan hidup anda. Jangan lupakan konsekuensinya juga atau ingin hidup yang serius sambil menunggu giliran Tuhan memanggil kita? OK, jika itu pilihan anda. Hal yang terpenting adalah kita di dunia juga memiliki keluarga, saudara, para sahabat, orang-orang yang sangat terlibat dalam kehidupan kita. Karena hidup adalah juga jembatan yang sangat tidak mungkin jika kita melompatinya.
When you are polite, the others think they are wearing flowers
Ketika anda bersikap sopan, maka orang lain akan merasa bahwa mereka memakai bunga-bunga. Saya pernah membaca di sebuah buku tentang dosen fisika dari USA yang beberapa hari bertugas di Jepang. Luar biasa sopan penyambutan orang Jepang di rumah yang akan ditinggali oleh professor tersebut dan sangat sering orang Jepang tersebut mengatakan 'taman milik saya yang jelek', padahal tamannya sangat indah, bersih, dan asri. Bagi beberapa orang akan sangat aneh namun bagi beberapa orang dianggap memang seharusnya demikian karena itulah tanda kesopanan dan menghormati orang lain.
One stroke at the paddle, two and three islands have passed
Sekali rengkuh mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Melakukan satu hal namun mendapatkan hasil dari hal-hal yang lain. Saya pernah mengalaminya. Berniat melakukan hanya pada satu hal namun berkah datang dari hal-hal lain. Alhamdulillah
If the eye doesn't want to see, neither light nor glasses will help
Jika mata tidak mau melihat, baik sinar atau kaca mata tidak akan membantu. Segala sesuatu memang berasal dari keinginan di dalam diri seseorang.
Tuesday, 28 April 2015
If you don't stand for something, you will fall for something
When in doubt who will win, be neutral
Ini berbeda dengan pepatah Latin yang mengatakan saat ragu, abstain atau pepatah Inggris saat ragu, tinggalkan. Swiss..siapa yang tidak kenal dengan netralitasnya? Sehingga ia seringkali menjadi partner untuk penyelesaian berbagai konflik antar negara.
When a character of a man is not clear to you...Look at his friends
Kata 'friends' disini bisa diartikan sebagai sahabat. Tentu lebih dari sekedar teman dan jumlahnya tentu tidak sebanyak jumlah teman yang dimiliki. Ketika karakter seseorang tidak begitu jelas, lihatlah para sahabatnya.
Seodanggae sam nyeone pungweol eupneunda
Ask! And you will not get lost
Ada yang berkata 'Malu bertanya sesat di jalan', ada juga yang berkata jika di tempat asing bertanyalah pada orang yang berseragam tapi buat saya bertanya okay namun tetap pakai hati kita dan pakai logika karena alam akan memberi tahu kita manakala kita memang siap dan mau diberi tahu.
Sunday, 19 April 2015
What a fi yu, cyaan be un fi yu
Apa yang menjadi milikmu akan selalu menjadi milikmu. Pengen saja memasang gambar batik untuk kata-kata ini. Yep! :-)
Dduhsi itnuhn kose kiri itda
Ada kemauan ada jalan. Orang berniat jelek saja dikabulkan keinginannya saat ada kemauan kuat apalagi jika orang berniat baik. Negara maju selalu menggunakan prinsip ini. Kita juga.
Regular feet can't be affected by irregular shoes
Sepatu, sepatu, sepatu...! Apa yang ada di pikiran saya tentang sepatu adalah itu menunjukkan hidup dan posisi seseorang.
What you think, you are until you think otherwise
Kita yang mendeskripsikan siapa diri kita. Apa yang kita pikirkan, itulah kita. Sangat bagus jika bisa memandang orang lain pun dengan sudut pandang itu dan kita tetap bisa saling menghormati. Indahnya..
Subscribe to:
Posts (Atom)