Sangat drama dan sungguh Disney. Namun itulah yang terjadi antara saya
dan Denzel. Jika Mustapha pernah menanyakan tentang dimanakah muara
Sungai Belo yang mengalir di desaku dan setiap hubungan harus memiliki
sebuah ending entah itu kebahagiaan atau kesedihan namun ketika
berkomunikasi intens dengan Denzel, muara sungai yang ditanyakan oleh
Mustapha telah dibuat indah oleh Denzel. Muara sungai itu selalu
bersamaku dan laut telah mengembangkan sayap-sayap gelombangnya untukku.
Deburan ombaknya bagaikan lagu pembasuh luka-luka yang ada dihatiku.
Butiran pasirnya bak mimpi-mimpi dan harapan kami. Awan-awan yang
berarak itu bak partitur karya-karya terbaik Debussy, Bach, Schubert
maupun Brahms. Pantai akan selalu menjadi milik kami. Hanya kami berdua.
- Leah Moeed, Biarkan Lautan Bernyanyi (Let The Ocean Sing) h. 256
Masa kecil Annemarie banyak dilalui dengan radio ayahnya. Keluarga,
pendidikan, dan pengalamannya membawanya pada cinta seorang pria bernama
Mustapha. Perjalanan hidup yang tidak hanya berisi kebahagiaan, senyum,
dan tawa terus dijalaninya dengan kepala tegak ala sebuah tarian,
keindahan ala sebuah lagu, dan sportifitas ala pertandingan sepak bola.
Tontonan yang digemarinya.
Drama pencarian cinta yang dilalui Annemarie bersama dengan seorang
pria mantan host sebuah kontes kecantikan dari Kanada harus diakhiri.
Annemarie memilih untuk menjadi anggota sebuah biro jodoh Islamy
internasional yang berpusat di London, Inggris dan seorang pria yang
saat ini tinggal di Manchester itulah jawabannya. Jawaban untuknya dan
juga untuk sakit yang diderita oleh ibunya dengan pola makan sesuai
golongan darah yang juga disarankan oleh pria tersebut.
Jika melihat bahwa pada umumnya karya pertama seorang penulis adalah
tentang ‘Aku’ diri penulis maka selayaknya novel ini adalah sebagai
karya pertama seorang Leah Moeed meski terbit kedua pada tahun 2015 ini
setelah sebelumnya Mawar-Mawar Violet terbit pada tahun 2014. Namun
sudah menjadi pilihan penulis bahwa novel LTOS ini yang menjadi novel
keduanya.
Bagaimana tentang desa tempat tinggal penulis digambarkan disini dan
juga tentang kota Yogyakarta. Sosok antagonis Ibu Maisa seakan anti
klimaks karena Sri Annemarie akhirnya memutuskan untuk masuk asrama
sekaligus pesantren yang diselenggarakan oleh universitas tempat ia
belajar atas ajakan Bea, teman kuliahnya. Jika ia masih mau menjalani
profesi sebagai seorang guru taman kanak-kanak, bisa jadi konflik akan
meruncing karena sosok seolah-olah pengganti Ibu Maisa yaitu Ilma
Paquita yang adalah seorang mualaf memiliki posisi yang juga kuat
setelah ia menikah dengan Paman Mustapha. Apalagi benih persaingan telah
ditanamkan oleh Ibu Maisa meski menjelang akhir masa hidupnya Ibu Maisa
telah akur dengan Annemarie.
Para peserta pesantren sekaligus asrama mahasiswa
digambarkan terlalu singkat oleh penulis dalam Bab 17 yang berjudul
Hitam, Putih, dan Abu-Abu. Ada 18 mahasiswa di asrama tersebut yaitu
Maryam sebagai kepala desa atau ketua asrama yang tegas dan keras meski
kepada dirinya sendiri, Sabrina bagian keamanan yang adalah keturunan
Arab, Taliyah yang memiliki badan paling mungil, Sarajevani yang sering
dijenguk oleh kakaknya yaitu Argentina, Marzha yang selalu berbicara
menggunakan logat Thailand karena kekasihnya berasal dari sana, Oryza
Sativa yang pernah mengajari bagaimana cara mengencangkan buah dada,
Salsa yang jago mengaji dan sudah bawaan lahir memiliki suara mendesah,
Ros kembang desa di Lampung sana dan paling up to date tentang
infotainmen, Fatiha anak juragan kopi Bengkulu, Richa anak kepala desa
dari Cilacap dan kental berbicara ngapak, Rheena yang manja,
Ayesha si seniman, Sauyuz yang justru jago akuntansi, Titan penikmat
kopi yang luar biasa, Shofa anak dari ayah yang jago menjadi mak
comblang di kampungnya, Bea yang selalu berbaik sangka dengan Tuhan, dan
Annemarie yang layak mendapat medali pelanggaran sekaligus medali
sering menangis.
Terlalu banyak nama dan tidak selalu berperan dalam keseluruhan
cerita, itu adalah kritik dari Bapak Maghfur, seorang pengamat sastra
Kabupaten Batang. Namun novel ini adalah langkah kedua yang cukup bagus.
Semoga bisa dinikmati atau setidaknya dapat menghibur di sela-sela hari
sibuk anda.
Ending cerita suasana matahari terbenam di pantai Weleri dimana
Annemarie bersama dengan kedua teman kostnya yaitu Zee dan Juliet
sekaligus juga Zakiya Simic yang sengaja datang dari Yogyakarta, sambil
menikmati ikan kakap asam manis dan bonus ring cumi goreng karena Zakiya
juga membawa serta para guru lain sehingga memesan masakan ikan dalam
jumlah banyak, benar-benar turut menggugah selera lidah.
No comments:
Post a Comment