Sangat menyenangkan pada saat kita menerima feedback dari orang yang
telah membaca novel yang kita tulis, entah itu ungkapan satu kata
seperti menarik, Wow!, atau hal yang kemudian menjadi pembicaraan
panjang lebar seperti yang telah terjadi antara saya dan Ruhaida. Untuk
selanjutkan nama saya tulis antara Leah dan Rue.
Rue : Hai, saya baru saja selesai membaca Mawar-Mawar Violet. Sedang
seru mengapa langsung habis. Cerita belum selesai, ya? Sayang sekali
padahal ini adalah novel petualangan yang seru.
Leah : MMV bersambung di Pernikahan Gerhana. Belum di cetak.
Rue : Ada satu hal penting yang hilang dari novelmu yaitu deskripsi fisik para tokoh. Semakin detail maka semakin bagus.
Leah : Fisik Asia Tenggara.
Rue : Bukan itu maksudku.
Leah : Disitu banyak nama. Lanzones dari Tagalog artinya Duku.
Emmm…Fisik postur ‘gitu, ya? OK..OK..yang kemarin cuma Sam dengan fisik
mirip Josh Groban.
Rue : Pemuda itu memiliki mata yang tajam dan rahang yang kukuh.
Kulitnya agak legam tapi bersih. Lengannya yang kukuh seolah ia mampu
melindungi siapa saja yang berada didekatnya. Aura kepemimpinan begitu
kental pada wajahnya sehingga aku bisa memahami mengapa Janet bisa jatuh
cinta padanya.
Leah : Boleh juga. Iya sich, diantara para tokoh, Sam yang paling keren ya
Rue : Dibayanganku justru JA yang mirip Josh Groban.
Leah : Sama keren lah..
Rue : Kulitnya yang putih bersih dan hidungnya yang lurus disanding
dengan bibirnya yang tipis sungguh menegaskan kalau ia berasal dari
ibukota. He..he..he..Imajinasi tidak terbatas!
Leah : Putih bersih, tangan dan, dan telapak tangan halus. Berani kembali naik kuda waktu tinggal di Lanzones bareng Marie.
Rue : Bayanganku Janet seperti fisik Amerika Latin. Seperti kebanyakan fisik Wacola. Banyak pantai dan pesta. Kulit lebih gelap.
Leah : Ya, betul. Digambaranku orang-orang Wacola sexy. Budaya juga lebih terbuka. Tempat hiburan menyajkan tarian perut juga.
Rue : Sedangkan Marie berkulit lebih bersih, putih, tubuh mungil dan
imut, seperti orang Lanzones kebanyakan yang tinggal di daerah dataran
tinggi atau pegunungan. Karena gambaran tidak begitu jelas, makanya aku
hanya mengira-ira.
Leah : Fisik Marie di tempa di sekolah Kak Diego. Dia tidak imut.
Lebih putih dan pakaian lebih tertutup namun juga bisa sporty. Seperti
Eropa tapi yang desa..tapi Asia Tenggara. Piye kuwi yo… :D
Rue : Dia mungil tapi gesit. Menurutku konsistensi tetap penting.
Kesesuaian nama, geografis, dan sosial budaya. Yang aku tangkap dari
MMV, setting di Amerika Latin di pedalaman Amazon he he he…
Leah : Marie berkuda, baik dengan memakai rok maupun jeans dan bersepatu boot.
Rue : Itu tidak disebutkan..
Leah : Ini murni fiksi. Saya menulis ini sambil berhati-hati karena saat itu sedang ada the hunger games.
Rue : Tapi the hunger games berbeda dengan novelmu.
Leah : Gadis pemanah. Untungnya Marie-ku berlatar belakang akademis Lanzones meski sederhana.
Rue : Dia ingin menjadi penulis.
Leah : No! Marie suka menulis karena dia juga sekolah, tidak melulu
berpetualang. Kak Diego mengajarkan tulislah apapun, apalagi saat sedih,
menulislah..
Rue : Ya, betul. Kalau perlu sertakan quote atau kata-kata bijak hasil pemikiran Marie yang menunjukkan bahwa ia smart dan wise.
Leah : OK, Rue. Thank you ya
Rue : Sama-sama, Leah.
No comments:
Post a Comment